Gibran, Sjahrir, dan Muhammad Al-Fatih

Gibran, Sjahrir, dan Muhammad Al-Fatih

Ilutrasi Gibran diidentikkan dengan Muhammad Al-Fatih dan Sutan Sjahrir--

MACAM-MACAM cara orang mencari legitimasi supaya eksistensinya diakui publik. Salah satunya dengan melakukan identifikasi dengan tokoh sejarah masa silam. 

Presiden Joko Widodo pernah disamakan dengan Khalifah Umar bin Khattab. Sekarang, Gibran Rakabuming Raka, anak sulung presiden, disamakan dengan penguasa Kesultanan Ustmaniah Muhammad Al-Fatih.

Selain itu, ada yang menyamakan Gibran dengan Sutan Sjahrir, perdana menteri pertama Indonesia. Gibran disamakan dengan Sjahrir karena sama-sama berusia muda. Sjahrir menjadi perdana menteri dalam usia 36 tahun dan sekarang Gibran menjadi calon wakil presiden dalam usia yang sepantar dengan Sjahrir.

BACA JUGA:Perjalanan Politik Gibran Menuju Cawapres: Sorotan dari Masa Lalu

BACA JUGA:Luhut Dukung Prabowo-Gibran? Loyalitas Saya ke Presiden Jokowi Tak Pernah Luntur

Penyamaan Gibran dengan Muhammad Al-Fatih secara implisit dilakukan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman dan penyamaan Gibran dengan Sutan Sjahrir dilakukan Ketua Partai Golkar Airlangga Hartarto. 

Dalam sebuah acara di sebuah perguruan tinggi di Semarang, Anwar Usman menyinggung kepemimpinan Muhammad Al-Fatih. Entah siapa yang membisiki Anwar Usman, entah dari mana Anwar Usman membaca referensi, sehingga ia salah menyebut Muhammad Al-Fatih sebagai panglima Islam yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad menjadi panglima tentara Islam.

Nabi Muhammad wafat pada abad ke-7, sedangkan Muhammad Al-Fatih hidup pada abad ke-16. Selisihnya hampir satu abad. Rupanya Anwar Usman tidak cermat membaca referensi atau ia tidak pernah belajar sejarah Islam. Atau, mungkin, ia sengaja memanipulasi sejarah?

BACA JUGA:Jadi Cawapres Prabowo, Gibran Masih Kader Aktif PDIP, Begini Kata Puan Maharani

BACA JUGA:Ingin Raup Suara Milenial dan Gen-Z, Begini Strategi Gibran

Sebagai ketua MK yang sedang mengadili gugatan batasan umur calon presiden dan wakil presiden, Anwar Usman tidak seharusnya memengaruhi opini publik dengan berbicara mengenai kepemimpinan anak muda. 

Meski tidak menyebut nama Gibran secara eksplisit, tetapi publik menduga, Anwar Usman melakukan kampanye terselubung untuk mendukung upaya Gibran menjadi calon wakil presiden.

Pelanggaran dobel etika oleh Anwar terjadi karena ia merupakan paman Gibran. Terjadi benturan kepentingan yang nyata dalam kasus ini. Banyak pengamat hukum yang mencurigai Anwar Usman mempunyai agenda terselubung dalam proyek politik untuk mengegolkan skenario Gibran menjadi cawapres bagi Prabowo Subianto.

BACA JUGA:Penuhi Nazar Dukungan Prabowo-Gibran, Kader PSI Surabaya Cukur Gundul

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: