Resensi Novel Mawar Hitam; Antara Liku-Liku Trauma dan Ketimpangan Sosial

Buku Mawar Hitam karangan Erikanov.-Uwais Inspirasi Indonesia-
Salah satu kekuatan Mawar Hitam terletak pada keberhasilan penulis dalam mengeksplorasi karakter dan konflik secara mendalam. Dengan jumlah halaman yang cukup tebal, cerita tidak terasa melebar tanpa arah, melainkan padat dan terstruktur. Setiap tokoh mendapat ruang untuk berkembang, sehingga dinamika psikologis mereka terasa hidup dan realistis.
BACA JUGA:6 Buku Bahasa Inggris tentang Cinta & Kehidupan Usia 20-an
Gaya bahasa yang digunakan sederhana namun tetap indah. Beberapa bagian diperkaya dengan metafora yang memperdalam makna cerita, tanpa membuatnya berat untuk dipahami. Erikanov juga menyisipkan pesan moral yang kuat, terutama tentang sisi gelap manusia yang kadang tersembunyi di balik citra yang tampak suci dan tenang.
Bagian akhir novel memberikan refleksi bahwa dendam dan amarah adalah bagian dari kemanusiaan, dan bahwa setiap orang, betapa pun baik tampaknya, menyimpan luka dan kemungkinan untuk menyakiti. Pesan ini disampaikan tanpa menggurui, justru terasa kuat karena dibungkus dalam perjalanan batin para tokohnya.
Meski menarik, novel ini memiliki kelemahan pada bagian prolog yang dinilai terlalu banyak membuka informasi. Nasib tragis Mawar sudah tergambarkan sejak awal, sehingga mengurangi efek kejutan dan rasa penasaran pembaca terhadap akhir cerita. Selain itu, banyaknya konflik yang saling tumpang tindih membuat beberapa bagian cerita terasa padat dan agak membingungkan jika tidak dibaca dengan fokus.
Mawar Hitam mengangkat isu sosial yang relevan di kalangan remaja dan institusi pendidikan. Mulai dari diskriminasi sosial, ketimpangan akses, kekuasaan, identitas diri, hingga kekerasan fisik dan simbolik. Melalui karakter Farhan dan kelompok Peduli Kasih, penulis menggambarkan perjuangan melawan stereotipe dan ketidakadilan yang selama ini dianggap wajar dalam sistem yang hierarkis.
Judul Mawar Hitam menjadi metafora yang kuat akan kondisi psikologis remaja. Tentang bagaimana trauma, konflik keluarga, dan ketidakseimbangan emosi membentuk pribadi seseorang, baik sebagai pelaku maupun korban. Dalam beberapa bagian, pembaca diajak merenungkan makna keadilan, empati, dan pentingnya memberi ruang bagi suara-suara yang kerap terpinggirkan.
Mawar Hitam adalah novel yang tidak sekadar menyajikan drama remaja, tetapi juga menjadi cermin atas realitas sosial di lingkungan pendidikan: tentang stigma kelas sosial, ketimpangan struktural, dan dominasi simbolik.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Buku Motivasi yang Bisa Mengubah Cara Pandang Hidup
Dengan karakter yang kompleks dan konflik yang intens, buku ini mengajak pembaca, khususnya anak muda, untuk memahami pentingnya keadilan, keberanian melawan ketidakadilan, dan kekuatan persahabatan lintas batas sosial.
Lebih dari itu, novel ini menyampaikan pesan bahwa setiap manusia memiliki sisi gelap dan terang. Bahwa luka dan dendam dapat mengubah manusia menjadi sosok yang kehilangan akal sehat, namun juga bahwa hidup bisa lebih baik jika dibangun atas dasar kejujuran, empati, dan solidaritas.
Mawar Hitam cocok dibaca oleh siapa pun yang menyukai kisah panjang, tokoh-tokoh dengan kedalaman psikologis, dan tema kehidupan yang tidak melulu hitam-putih. Sebuah karya fiksi yang mampu mengaduk emosi sekaligus mengajak berpikir. (*)
*) Peresensi: Adriana B. Lingu, Mahasiswa FISIP Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: