20 Mei dan Lahirnya Budi Utomo: Tonggak Sejarah Kebangkitan Nasional

20 Mei dan Lahirnya Budi Utomo: Tonggak Sejarah Kebangkitan Nasional

Mahasiswa STOVIA pendiri organisasi Budi Utomo-Kemdikbud-

Budi Utomo berpegang pada prinsip “lebih baik lambat tapi selamat daripada cepat tapi tidak meninggalkan bekas.” Mereka merasa masih banyak hal yang harus dipersiapkan dan kerja sama dengan pemerintah tetap diperlukan demi keberlangsungan perjuangan.

Semboyan yang digunakan Budi Utomo terinspirasi dari filosofi pertumbuhan pohon beringin, yang tumbuh perlahan tapi kokoh dan memberi manfaat besar dalam jangka panjang. Meskipun prosesnya lambat, pohon itu akan berkembang besar dan memberikan perlindungan kepada siapa saja yang ada di bawahnya.

Filosofi ini tercermin dalam gerakan Budi Utomo yang bertahan cukup lama. Dari tahun 1908 hingga 1926, organisasi ini tetap konsisten memperjuangkan kemajuan melalui jalur sosial-budaya dan belum beralih ke politik.

Perubahan Gerakan Budi Utomo ke Ranah Politik

Setelah kembali dari studinya di Belanda, Dr. Soetomo mendirikan organisasi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) yang berfokus pada bidang politik. Baru setelah itu, Budi Utomo mulai mengarahkan perjuangannya ke ranah politik.

Selama berada di Belanda, Dr. Soetomo telah memperoleh pengalaman dalam memimpin Perhimpunan Indonesia, yang aktif dalam kegiatan politik.

Hal ini membuatnya tidak kesulitan dalam mengalihkan arah gerakan Budi Utomo dari yang sebelumnya bersifat sosial budaya menjadi perjuangan politik.

Kemudian, pada tanggal 24–26 Desember 1935 dalam Kongres Budi Utomo di Solo, terjadi penggabungan antara PBI dan Budi Utomo menjadi satu organisasi baru bernama Partai Indonesia Raya (Parindra).

Aktivitas politik dari organisasi ini terus berkembang dan pengaruhnya masih terasa hingga masa runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda.(*)

*) Mahasiswa Magang UIN Sunan Ampel Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: