Demi Keselamatan, Skema Murur Disiapkan untuk Jemaah Lansia, Risti, dan Disabilitas

Skema murur disiapkan untuk lansia, risti, dan disabilitas demi ibadah haji yang aman dan sesuai syariat.-Media Center Haji 2025-
Petugas Bimbingan Ibadah (Bimbad) Embarkasi UPG Kloter 3, Nuraeda, menyampaikan bahwa edukasi terkait skema murur sudah dilakukan sejak di Indonesia.
“Sejak di tanah air, sampai di Madinah, lalu di Makkah, selalu kami edukasikan mana yang bisa masuk program murur, mana yang tidak,” jelas Nuraeda.
BACA JUGA:Komite III DPD RI Soroti Layanan Syarikah: Jamaah Haji Suami Istri dan Pendamping Tinggal Terpisah
Metode penyampaian informasi dilakukan secara langsung ke kamar-kamar serta melalui manasik kelompok. Nuraeda menambahkan bahwa sebagian jamaah sempat merasa ragu mengenai keabsahan haji mereka jika ikut murur.
“Biasanya saya jelaskan dengan merujuk buku manasik Kementerian Agama agar mereka yakin,” ujarnya.
Proses pendataan murur dilakukan dengan sangat ketat. Pemeriksaan kesehatan atau MCU menjadi dasar utama dalam menentukan jamaah yang masuk dalam program ini.
“Kadang ada jamaah yang minta ikut murur karena tidak mau jalan kaki, tapi kami cek ulang bersama tim medis apakah memang layak atau tidak,” kata Nuraeda.
Tenaga Kesehatan Haji (TKH) Embarkasi UPG Kloter 3, dr Fadhiel Abd Walid, juga menegaskan hal serupa. Ia menyampaikan bahwa pelayanan kesehatan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) harus optimal, terutama bagi peserta murur.
Jumlah pasti peserta murur belum ditentukan karena proses pendataan masih berjalan.
“Sampai hari ini masih simulasi, jumlah pastinya belum diputuskan, karena belum semua jamaah tiba di Makkah,” ungkap Fadhiel.
Keberangkatan jamaah gelombang kedua dari Indonesia masih berlangsung hingga Sabtu, 31 Mei 2025. Beberapa kloter baru akan tiba di Jeddah pada Minggu dini hari.
BACA JUGA:Puncak Haji Tiba, Amirul Haj Nasaruddin Umar Ingatkan Jemaah Haji Jaga Kesehatan dan Pahami Rukun
Riwayat penyakit menjadi dasar penting dalam menilai kelayakan jamaah untuk ikut skema murur. Data medis seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung sangat diperhatikan.
“Dari data ini, kami bisa menilai apakah jamaah memungkinkan ikut tanazul atau harus masuk program murur,” jelasnya.
Pemantauan kondisi jamaah juga terus dilakukan setiap hari di lapangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: