Revenge Bedtime Procrastination: Mengapa Kita Tetap Begadang Meski Tubuh Sudah Lelah?

Menjadikan tidur sebagai prioritas penting untuk menjaga kesehatan jangka panjang. -PeopleImages-iStock
HARIAN DISWAY - Malam hari seharusnya menjadi waktu istirahat setelah seharian beraktivitas. Namun, alih-alih tidur tepat waktu, banyak orang justru menghabiskan waktu dengan menggulir media sosial, menonton video, atau sekadar melamun hingga larut malam.
Meskipun tubuh terasa lelah, mata tetap terbuka dan pikiran sulit diajak kompromi. Fenomena ini dikenal dengan istilah revenge bedtime procrastination.
Istilah tersebut berasal dari budaya Tiongkok dengan frasa “報復性熬夜” (bàofùxìng áoyè), yang secara harfiah berarti begadang sebagai bentuk balas dendam.
BACA JUGA: 5 Manfaat Perilaku Intuitif dalam Kehidupan
Istilah ini mulai populer secara global sejak pandemi, ketika pola tidur banyak orang terganggu karena perubahan rutinitas dan stres berkepanjangan.
Menurut sebuah artikel di Sleep Foundation, fenomena ini terjadi ketika seseorang sengaja menunda tidur untuk mendapatkan “me time”, sebagai kompensasi dari hari yang padat dan melelahkan.
Tanpa disadari, ini adalah bentuk perlawanan halus terhadap rutinitas yang dirasa mengekang. Ketika siang hari dihabiskan untuk menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan, kuliah, atau tugas rumah, malam menjadi satu-satunya waktu untuk merasa memiliki kendali atas hidup.
BACA JUGA: Overwhelmed Sama Pilihan Hidup: Kenapa Generasi Sekarang Takut Ambil Keputusan Besar?
Meskipun terasa membebaskan, perilaku ini justru membawa dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental. Menurut data dari Cleveland Clinic, kurang tidur dapat menurunkan fungsi kognitif, memperburuk suasana hati, hingga meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan gangguan metabolik.
Meskipun tubuh terasa lelah, mata tetap terbuka dan pikiran sulit diajak kompromi. Fenomena ini dikenal dengan istilah revenge bedtime procrastination. -ilustrasi-halodoc
Lebih dari itu, kurang tidur kronis juga bisa memperparah kecemasan dan stres, yang pada akhirnya memperburuk siklus procrastination di malam hari.
Fenomena ini banyak dialami oleh generasi muda, terutama usia produktif 20–35 tahun. Studi dari Journal of Clinical Sleep Medicine menunjukkan bahwa mahasiswa dan pekerja kantoran dengan jam kerja tinggi cenderung memiliki pola tidur yang tidak teratur.
BACA JUGA: Tidak Mau Nikah Muda Bukan Berarti Trauma: Menantang Narasi Hidup Ideal ala Orang Tua
Salah satu penyebabnya adalah kebutuhan untuk “memiliki kembali waktu” yang dirasa hilang karena kesibukan sepanjang hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: