Bahlil Hentikan Sementara Tambang Nikel di Raja Ampat, Selidiki Laporan Kerusakan Lingkungan

Menteri ESDM Bahlil janji panggil pemegang IUP nikel Raja Ampat untuk evaluasi--
HARIAN DISWAY - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan akan memanggil pemegang izin usaha pertambangan (IUP) nikel yang beroperasi di Raja Ampat.
Langkah ini dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas tambang yang dinilai merusak ekosistem Raja Ampat.
"Nanti saya akan evaluasi. Saya ada rapat dengan dirjen saya, saya akan panggil pemilik IUP mau BUMN atau swasta," ujar Bahlil di Jakarta International Convention Center (JICC), Selasa, 3 Juni 2025.
Bahlil menegaskan bahwa Papua adalah daerah otonomi khusus. Para pelaku usaha harus menghormati kearifan lokal yang ada.
Ia menambahkan bahwa evaluasi dilakukan berdasarkan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
BACA JUGA:Korban Longsor Tambang Gunung Kuda Bertambah, 21 Tewas dan 4 Masih Hilang
"Ada beberapa aspirasi bahwa tambang itu di Papua, khususnya di Raja Ampat mereka ingin ada smelternya di sana. Nah, nanti saya akan evaluasi," jelasnya.
"Di Papua itu kan ada otonomi khusus, jadi perlakuannya juga khusus. Ini mungkin aja, saya melihat ada kearifan-kearifan lokal yang belum disentuh dengan baik. Jadi saya akan coba untuk melakukan evaluasi," tambah Bahlil.
Sebelum itu, aktivis Greenpeace Indonesia bersama empat pemuda Papua dari Raja Ampat melakukan aksi damai di tengah pidato Wakil Menteri Luar Negeri, Arief Havas Oegroseno pada Konferensi Indonesia Critical Minerals Conference 2025 yang digelar di Hotel Pullman, Jakarta.
BACA JUGA:Bahlil Minta Publik Hentikan Isu Ijazah Jokowi: Sudah Terbukti Asli
Mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Nickel Mines Destroy Lives” dan “Save Raja Ampat from Nickel Mining”.
Pesan itu ditujukan untuk menyuarakan dampak buruk tambang terhadap lingkungan dan masyarakat adat.
Namun aksi mereka berujung pengusiran. Sejumlah aktivis diseret keluar oleh petugas keamanan dan panitia acara.
“Saat mereka bicara soal keuntungan nikel, kami bicara soal kehidupan yang direnggut,” kata Ronisel Mambrasar, pemuda dari Manyaifun, Raja Ampat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: