Doomscrolling, Ancaman dari Kebiasaan Menggulir Berita Negatif

Tanpa disadari, menggulir layar tanpa henti dapat menyeret kita ke dalam lingkaran kecemasan digital bernama doomscrolling. -Erik Mclean-Pexels
HARIAN DISWAY - Di era digital, derasnya arus informasi telah melahirkan sebuah kebiasaan baru yang meresahkan, yaitu doomscrolling. Istilah ini mengacu pada kecenderungan untuk terus-menerus membaca atau melihat berita buruk, terutama di media sosial.
Meskipun tampak sepele, perilaku ini dapat berdampak serius terhadap kesehatan mental, fisik, dan hubungan sosial.
Doomscrolling bukan sekadar membaca berita negatif. Kebiasaan ini merupakan reaksi alami terhadap rasa cemas dan ketidakpastian, ditambah dengan cara kerja platform digital yang memang dirancang untuk membuat pengguna terus terpaku pada layar dalam durasi yang panjang.
BACA JUGA:Eksploitasi Anak di Media Sosial, Ke Mana Mencari Bantuan?
Faktor Psikologis di Balik Terjadinya Doomscrolling
Terdapat beberapa faktor psikologis yang mendorong seseorang terjebak dalam doomscrolling:
- Bias Negativitas: Otak manusia secara alami lebih peka terhadap informasi negatif lebih mudah menarik dan mendapatkan perhatian.
- FOMO (Fear of Missing Out): Ketakutan akan tertinggal informasi penting membuat individu terdorong untuk terus memeriksa berita terbaru.
- Siklus Dopamin: Paparan konten saat menggulir layar dan menemukan informasi baru, bahkan yang negatif, memicu pelepasan dopamin yang menciptakan efek adiktif.
BACA JUGA:Mengenal Core, Tren yang Viral di Media Sosial
Kondisi ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan otak, terutama pada remaja, yang sulit untuk mengontrol diri, sehingga mereka lebih rentan terhadap perilaku yang tidak terkendali.
Dampak Doomscrolling bagi Kesehatan
Tanpa disadari, doomscrolling dapat menguras energi, menurunkan fokus, dan berdampak buruk pada kehidupan jika tidak dikontrol dengan baik. -Dean Drobot-
Dampak doomscrolling tidak terbatas pada mental, tetapi juga menyentuh aspek fisik dan sosial:
- Kesehatan Mental: Paparan terhadap berita buruk dan konten yang meresahkan, jika dilakukan secara terus-menerus dapat memicu respons stres alami tubuh secara berlebihan. Hal ini dapat meningkatkan risiko stres kronis, kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.
BACA JUGA:Fenomena Deinfluencing Media Sosial, Tak Lagi Percaya Rekomendasi Influencer
- Kesehatan Fisik: Gangguan tidur seperti insomnia merupakan salah satu yang paling sering terjadi, dan sering kali berdampak fisik berupa rasa lelah. Respons stres yang terus-menerus dapat menyebabkan gejala fisik seperti nyeri kepala, ketegangan otot, hingga jantung berdebar.
- Fungsi Kognitif: Menurunkan fokus, produktivitas, dan kemampuan berpikir kritis.
- Aspek Sosial: Menyebabkan menarik diri dari interaksi sosial dan penurunan empati terhadap orang lain.
BACA JUGA:3 Sebab Isu Kuliner Negatif di Media Sosial Cepat Viral dan Merugikan
Jika tidak segera ditangani, doomscrolling dapat menciptakan dampak negatif yang mendorong individu untuk terus melakukan perilaku yang sama.
Strategi Menghentikan Doomscrolling
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebiasaan ini meliputi:
- Kesadaran Diri: Kenali pemicu dan motivasi di balik scrolling.
- Batasan Waktu: Tentukan waktu khusus untuk mengakses berita dan media sosial.
BACA JUGA:Gen Z Lebih Percaya Media Sosial meskipun Hoax Mengintai, Kira-Kira Kenapa Ya?
- Kurasi Konten: Ikuti sumber informasi terpercaya, hindari akun yang menyebarkan berita hoax.
- Latihan Mindfulness: Meditasi dan teknik pernapasan dapat membantu menenangkan pikiran.
- Aktivitas Alternatif: Gantikan waktu scrolling dengan kegiatan fisik, sosial, atau hobi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber