Asal-usul Sebutan Romo Dukun sebagai Pemimpin Spiritual Hindu Tengger

PASURUAN, HARIAN DISWAY - Bagi umat Hindu Tengger, Yadnya Kasada adalah hari besar. Hari suci yang dirayakan turun-temurun. 

Anda sudah tahu, masyarakat Suku Tengger mendiami empat kawasan lereng Gunung Bromo: Pasuruan, Malang, Lumajang, dan Probolinggo.

Tak terkecuali masyarakat Tengger di Desa Ngadiwono, Pasuruan. Desa asri di lereng Bromo yang sunyi, syahdu, bersahaja. Keseharian mereka ditemani lantunan mantra-mantra suci. 

BACA JUGA:Tradisi Lima Tahunan Upacara Unan-Unan, Upaya Melibatkan Pemuda dalam Melestarikan Budaya Tengger

Kesibukan semakin terlihat jelang hari besar tersebut. Terlebih di kediaman Romo Dukun. Ia merupakan pemimpin spiritual Hindu Tengger.

Romo Dukun Puja Pramana salah satunya. Bagi masyarakat Ngadiwono, meski usianya masih muda, ia dianggap sebagai sosok yang dituakan. 

Ia mampu memimpin upacara. Memahami seluk-beluk Hindu Tengger. Berikut detail legenda terkait Joko Seger dan Roro Anteng. 

Romo Dukun Puja Prama, pemimpin spiritual umat Hindu Tengger di Desa Ngadiwono, Pasuruan.-Patrick Cahyo Lumintu-

BACA JUGA:Melestarikan Budaya Tengger melalui Promosi Digital dan Pemberdayaan Ethnowellness

Legenda itu yang melandasi kehidupan sosio-kultural desa tersebut. Begitu pula dengan Suku Tengger di tiga kawasan lainnya. 

"Jelang Yadnya Kasada, setiap warga menyiapkan diri. Bersuci. Mengilhami Tri Kaya Parisudha dalam jiwa. Yakni menjaga pikiran, perkataan, dan perbuatan," ujarnya pada Harian Disway.

Seperti telah disebutkan, di empat kawasan Lereng Bromo, sosok Romo Dukun adalah pemimpin spiritual. Pun, terkait dengan legenda Joko Seger dan Roro Anteng. 

BACA JUGA:Ceria dan Guyub, Begini Potret Yadnya Karo, Hari Besar Suku Tengger

"Sebutan 'Romo Dukun' pun diambil dari legenda tersebut. Yakni melalui anak pertama dari pasangan Joko Seger dan Roro Anteng," ujar ayah dua anak itu.

Sumber: