Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (7): Melintasi Singapura dan Turki

Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (7): Melintasi Singapura dan Turki

Memilih transit di dua negara. Bertiga saat sampai di Bandara Turki.--Mushonnifun Faiz S

Nah, masuk pada tip keempat membawa toddler saat perjalanan jauh adalah memilih waktu transit yang lama dengan tujuan menghabiskan energinya. Selama transit tersebut, dia lebih banyak jalan, menuju ke tempat bermain yang ada di Bandara Singapura, sambil mengeksplorasi Jewel, salah satu ikon di Bandara Changi.

Sehingga saat siang yang seharusnya jam tidur, dia lebih memilih asyik bermain. Walaupun sudah tentu kami harus memiliki energi ekstra untuk mengikutinya yang begitu curious mengeksplorasi bandara. 


Di depan Dolmabahçe Camii, masjid yang terletak di Kabataş, dekat dengan Istana Dolmabahçe.--Mushonnifun Faiz S

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (3): Mewujudkan Visualisasi Novel

Tip kelima, dengan memilih penerbangan yang dimulai tengah malam, maka itu tepat jam tidurnya. Dengan aktivitas fisik yang dilakukannya seharian, makan siang dan makan malam pun menjadi less drama, karena anak kami begitu lahap. Akhirnya dia tertidur tepat sebelum masuk pesawat. 

Di pesawat pun drama kembali terjadi karena dia tidak mau duduk sendiri. Sempat kami meminta sabuk tambahan seperti biasanya, tapi pramugari kali ini lebih strict lagi. “You should teach your kids to sit by herself!”.  

Namun, karena sepertinya sudah tak punya energi akhirnya ia bisa kami dudukkan setelah memakai sabuk pengaman, dan tak sampai take off pun sudah tertidur pulas. Perjalanan selama sekitar 13 jam pun berjalan mulus dengan dia yang tertidur pulas.

Tak terasa, kami mendarat di Istanbul sekitar waktu Subuh. Selepas salat, kami pun bergegas menghampiri stand free tour untuk Istanbul. Kebetulan, paspor Indonesia sudah bebas untuk visa turki sejak akhir 2021, sehingga kami hanya melewati imigrasi sebentar untuk selanjutnya melihat opsi tur Istanbul. 

Karena flight kami ke Helsinki, Finlandia jam tiga sore, maka kami mengambil tur gratis yang hanya tiga jam, dari jam 08.00-11.30. Selama perjalanan itu kebanyakan hanya di bus, karena hanya sightseeing tour. 

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (4): Menembus Finlandia dari Denmark dan Malaysia

Karena saat itu pagi hari, maka kami dibawa ke kedai di pinggir Selat Bosphorus untuk menikmati Turkish Bagel dan Turkish Tea. Setelah menikmati itu, kami berkeliling melihat Dolmabahce Palace, Taksim Square, Yenikapi Harbour, Eminou District, hingga berhenti sebentar di Jembatan Galata untuk berfoto. 

Perjalanan kemudian berlanjut melihat Golden Horn, Bulgarian St. Stephen Church, hingga akhirnya kembali lagi ke Istanbul Airport. Sampai di Istanbul Airport, kami pun makan siang, sembari menunggu penerbangan ke Helsinki. 

Saat mendekati waktu terbang, tiba-tiba ada sedikit drama. Anak kami buang air besar. Sementara toilet terdekat untuk mengganti pampers gate sedang dipakai. Sementara flight kami sudah dipanggil. 

Saya berlari menggendong anak ke toilet yang ada di gate lain. Untung sedang kosong. Sementara istri saya tetap di boarding waiting room untuk berjaga-jaga. 

Kami masuk pada last call. Benar-benar menjadi penumpang terakhir yang masuk ke pesawat. Alhamdulillah, proyek menghabiskan energi anak berhasil selama di Istanbul. Belum sampai take off, dia sudah tertidur pulas. Kali ini dia sudah mau duduk sendiri tanpa ada penolakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: