Bripka Isma Diyanto: Jawab Kritik dengan Konten

Bripka Isma Diyanto: Jawab Kritik dengan Konten

Bripka Isma Diyanto menerima penghargaan dari Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.-Dokumen Pribadi-

Tudingan negatif terhadap citra institusi Polri memang nyaring terdengar. Di media sosial apalagi. Cacian netizen begitu tajam. Menusuk. Tapi polisi satu ini berusaha menjawab sentimen buruk itu. Yakni, dengan kreativitasnya di dunia digital.

ISMA DIYANTO namanya. Polisi berpangkat Bripka itu selalu menenteng kamera kemana-mana. Handycam dan kamera digital tak pernah lepas dari genggamannya. Di sela-sela tugasnya sebagai anggota Polrestabes Surabaya, Isma memang kerap mengabadikan momen apa saja yang ia anggap menarik. 

Misalnya edukasi kamtibmas, kegiatan warga, hingga obrolan santai tentang Bonek—suporter fanatik Persebaya. Semua momen itu ia abadikan dengan penuh dedikasi. Rekannya di Polrestabes Surabaya sering bercanda, menyebutnya ”polisi konten” karena kebiasaan itu.

Namun, Isma sebenarnya tidak lahir dari mimpi menjadi polisi. Ia pernah batal kuliah karena keterbatasan biaya. Sampai suatu hari ia melihat poster pendaftaran anggota Polri di tahun 2007. ”Saya coba daftar. Alhamdulillah diterima,” ujarnya, kepada Harian Disway, Minggu, 29 Juni 2025. 

BACA JUGA:Citra Polisi di Dunia Nyata dan Dunia Maya: Cari Sanjungan, Malah Dapat Celaan

BACA JUGA:Ipda Purnomo, Terus Belajar Baik Bersama ODGJ (1): ’’Dibaptis’’ Polisi Baik oleh ODGJ Misterius

Setelah menjadi polisi, suami Rinza Rahmawati itu tak langsung terjun ke media sosial. Karirnya di dunia fotografi dan videografi baru dimulai pada 2015. Saat itu ia bertugas di Sat Samapta Polrestabes Surabaya. 

Di situlah ia mulai iseng membuat channel YouTube. Awalnya hanya untuk dokumentasi kegiatan polisi dan Bonek. ”Tapi lama-lama ketagihan,” ujarnya. Akun YouTube-nya Specials ID35 mulai dikelola dengan serius. Sampai punya pengikut ratusan ribu. Konten-kontennya adalah tentang kegiatan Bonek yang banyak menuai pujian.  

Melihat bakatnya itu, Isma Diyanto ditarik ke Humas Polrestabes Surabaya. Channel YouTube-nya pun semakin melesat, dengan 828 ribu subscribers. ”Jadi, konten saya sudah berkembang ke IG, TikTok, Facebook, dan bikin podcast,” katanya. 

Bagi Isma, dunia videografi bukan sekadar hobi semata. Ia percaya bahwa setiap gambar memiliki cerita, dan melalui kamera, ia ingin menunjukkan sisi lain dari bonek. Juga dunia kepolisian. 


Bripka Isma Diyanto memberi pelatihan media sosial kepada mahasiswa UPN dan UINSA di Mapolrestabes Surabaya.-Dokumen Pribadi-

Ia pun sadar betul tantangan itu. Tidak mudah mengubah persepsi masyarakat. Apalagi saat ada oknum polisi yang melakukan kesalahan. Karena itu, Isma tak sekadar menjadikan media sosial sebagai alat promosi. 

Ia mengibaratkan media sosial sebagai senjata ampuh untuk mengimbangi berita negatif tentang polisi. ”Kalau ada anggota melanggar, kita transparan. Proses hukum, lalu kita jelaskan ke publik. Itu juga kita angkat di medsos. Biar masyarakat tahu, pimpinan tegas,” kata pria 37 tahun itu.

Ia mengakui masih banyak berita buruk tentang kepolisian. Informasi itu menyebar cepat di media sosial. Namun, lewat konten-kontennya, Isma tidak berusaha menyembunyikan keburukan oknum-oknum polisi. ”Saya cuma imbangi dengan kegiatan polisi yang positif, biar publik nggak cuma lihat yang buruk-buruk saja,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: