Jembatan Seni, Jejak Empati dalam Dua Program ARTJOG

Penyerahan Pohon Hayat di ARTJOG 2025 Yogyakarta untuk seniman Sunaryo. -- ARTJOG
HARIAN DISWAY - ARTJOG tidak hanya menjadi panggung bagi para seniman memamerkan karya terbaiknya. Ia juga tumbuh menjadi ruang interaksi, refleksi, dan solidaritas sosial.
Tahun 2025, dua program pendamping menjadi penanda kuat bahwa seni bukan sekadar karya yang terpajang di galeri.
Tapi juga jembatan empati dan ruang jejaring yang terus membuka kemungkinan baru. Dua program itu adalah Jogja Art Weeks (JAW) dan Artcare Indonesia.
BACA JUGA:Cerita di Balik Film Dokumenter Bisikan Terumbu yang Tayang pada ARTJOG 2025
Jogja Art Weeks, atau disingkat JAW, menjadi semacam peta besar yang merekam denyut kehidupan seni dan budaya di Yogyakarta dan sekitarnya sepanjang Juni hingga September.
Selama lebih dari tiga bulan, tak kurang dari 140 kegiatan seni bergulir. Mulai dari pameran, konser, pemutaran film, pertunjukan, hingga lokakarya dan diskusi.
Kegiatan itu tidak hanya terkonsentrasi di pusat kota. Tapi juga merembet ke Magelang dan Surakarta.
BACA JUGA:ARTJOG 2025: Tubuh, Kata, dan Ruang Bertemu dalam Tubuh Kolektif Seniman
Pengunjung mememperhatikan patung dalam pameran seni kontemporer ARTJOG 2025. - Boy Slamet - Harian Disway
Melalui platform JAW, publik bisa menelusuri berbagai agenda seni yang tersebar, sekaligus menjelajahi ruang-ruang seni alternatif yang jarang terekspos.
Namun, JAW juga aktif membentuk ekosistem. Program seperti GAS JAW (Gugus Apresiasi Seni) menjadi ruang lahirnya kritik seni dari generasi muda.
Penulis-penulis dari Surabaya, Jakarta, dan Bandung diajak menyelami studio seniman, belajar jurnalisme seni, hingga merangkai tulisan yang kelak akan dibukukan.
BACA JUGA:Performa ARTJOG 2025 Hadir dalam Format yang Lebih Terbuka dan Interaktif
Di sisi lain, program tur Jawland-Jawland menggabungkan kunjungan galeri dengan petualangan kuliner lokal. Sebuah kombinasi yang menjanjikan pengalaman estetis dan sensoris sekaligus.
Jika JAW berbicara tentang perluasan jejaring, maka Artcare Indonesia adalah soal perluasan empati. Gerakan sosial itu bermula dari komunitas Soboman 219 usai gempa Yogyakarta 2006, dan kini tumbuh di bawah naungan Yayasan Hita Pranajiwa Mandaya.
Di ARTJOG 2024, Artcare menggandeng 169 seniman yang menyumbangkan karya dua dimensi untuk dikemas dalam paket donasi seni. Setiap paket bukan sekadar koleksi, tapi simbol nyata kepedulian.
BACA JUGA:Kementerian Ekraf Beri Apresiasi pada Pameran Seni ARTJOG sebagai Wujud Ekonomi Kreatif
Penjualan paket karya itu kemudian disalurkan kepada komunitas-komunitas sosial dan budaya dari berbagai penjuru nusantara. Tahun ini, ada 16 keluarga baru yang bergabung. Dari Kulon Progo hingga Mentawai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: