Hamas Sepakat Bebaskan 10 Sandera Israel untuk Negosiasi Gencatan Senjata Gaza

Gambar yang diambil dari Jabalia barat di Jalur Gaza tengah ini menunjukkan kepulan asap yang mengepul akibat pemboman Israel di Kota Gaza timur pada 9 Juli 2025.-Bashar Taleb / AFP-
JAKARTA, HARIAN DISWAY - Kelompok Pejuang Hamas mengumumkan akan membebaskan 10 sandera sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang tengah dirundingkan bersama mediator internasional pada Rabu, 9 Juli 2025.
Pernyataan dari Hamas muncul setelah empat hari perundingan tidak langsung yang difasilitasi oleh Qatar, dengan dukungan Amerika Serikat. Utusan khusus AS, Steve Witkoff, menyatakan bahwa kesepakatan yang sedang dibahas meliputi masa gencatan senjata selama 60 hari dan pengembalian 10 sandera yang masih hidup dari total 251 orang yang ditahan sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Menurut militer Israel, hingga saat ini masih ada 49 sandera yang ditahan di Gaza, 27 di antaranya diduga telah tewas.
BACA JUGA:GHF Mulai Distribusi Bantuan ke Gaza, Hadapi Ancaman dari Hamas dan Penolakan PBB
Hamas dalam pernyataannya menegaskan bahwa masih ada beberapa hambatan utama dalam perundingan, antara lain penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza, penarikan penuh pasukan Israel, dan jaminan atas perdamaian jangka panjang.
Meski begitu, mereka menyatakan telah menunjukkan "fleksibilitas yang diperlukan" dan sepakat untuk membebaskan 10 sandera.
“Kami terus bekerja serius bersama para mediator dengan semangat positif untuk mengatasi rintangan dan mengakhiri penderitaan rakyat kami,” kata Hamas.
BACA JUGA:120 Warga Gaza Tewas dalam Serangan Israel, Hamas Desak Masuknya Bantuan Sebagai Syarat Negosiasi
Pihak Israel juga menyuarakan optimisme. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa kesepakatan kemungkinan besar akan segera tercapai. “Saya rasa kita semakin dekat dengan kesepakatan,” ujarnya dalam wawancara dengan FOX Business Network, yang dikutip oleh AFP.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menyebut kesepakatan ini sebagai awal dari kemungkinan perdamaian yang lebih langgeng. Sementara Presiden Israel Isaac Herzog menyebut momen ini sebagai “kesempatan bersejarah” untuk perubahan besar di kawasan.
Namun demikian, Netanyahu tetap menegaskan tekadnya untuk menyingkirkan Hamas secara permanen, meski ia menghadapi tekanan baik dari dalam negeri maupun komunitas internasional untuk mengakhiri perang yang telah menelan banyak korban, termasuk dari pihak militer Israel.
BACA JUGA:Israel Serang Rumah Sakit Eropa di Gaza, Klaim Jadi Markas Hamas
Di tengah proses negosiasi, serangan udara Israel masih terus berlangsung. Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa 26 orang tewas dalam serangan pada Rabu, termasuk sedikitnya enam anak-anak.
“Ledakannya seperti gempa bumi,” ujar Zuhair Judeh, salah satu warga Gaza yang menyaksikan langsung kehancuran akibat serangan di kamp pengungsi Al-Shati. Ia menyebut peristiwa itu sebagai “pembantaian yang mengerikan”.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: afp