AI Eksperimental Milik OpenAI Raih Medali Emas di Olimpiade Matematika Internasional

OPENAI mengumumkan model AI eksperimentalnya berhasil meraih medali setara emas dalam ajang IMO.-@allaboutaicom-Instagram
Menurut OpenAI, hal itu menunjukkan bahwa metode berbasis model umum yang dapat diskalakan kini dapat melampaui sistem yang dikustomisasi secara manual. Bahkan dalam tugas-tugas kompleks seperti pembuktian matematika.
“Matematika adalah lahan ujian untuk penalaran: terstruktur, ketat, dan sulit dipalsukan,” tulis OpenAI dalam pernyataannya, dilansir Ars Technica.
BACA JUGA:OpenAI Luncurkan DeepResearch, Lengkapi ChatGPT untuk Melawan DeepSeek
Pelanggaran Embargo dan Reaksi Komunitas
Kontroversi muncul ketika ternyata pengumuman OpenAI dilakukan sebelum tanggal yang disepakati dengan panitia IMO, yaitu 28 Juli 2025.
Harmonic, perusahaan AI lain yang juga turut serta dalam uji coba IMO, memberi tanggapan lewat media sosial X.
LLM (Large Language Model), model yang digunakan OpenAI dalam IMO. Model tersebut tidak dirancang khusus untuk matematika saja. Melainkan juga digunakan untuk bahasa, pemrograman, dan sains.--freepik
Harmonic menyebut bahwa panitia IMO secara eksplisit meminta semua peserta menunda pengumuman hingga tanggal tersebut.
BACA JUGA:ChatGPT Mengalami Gangguan, Ini Penjelasan OpenAI
"IMO meminta kami, dan juga perusahaan AI besar lainnya yang ikut serta, untuk menunggu hingga 28 Juli sebelum mempublikasikan hasil," tulis Harmonic dalam pernyataan resmi mereka.
Bagaimana Proses Penilaiannya?
Menurut OpenAI, untuk memastikan objektivitas, setiap solusi AI dinilai secara buta (tanpa identitas) oleh panel berisi tiga mantan peraih medali IMO. Ketiganya direkrut secara independen oleh perusahaan.
Keputusan bersama (unanimous) dibutuhkan agar satu solusi bisa dinyatakan sah. Namun, fakta bahwa proses itu dikoordinasikan secara internal oleh OpenAI tetap menimbulkan pertanyaan mengenai transparansi dan potensi bias.
BACA JUGA:Elon Musk gugat OpenAI ke Pengadilan, Ada Apa?
AI vs. Standar Manusia
Sebagai ilustrasi, salah satu soal yang dipecahkan AI menguji kemampuan geometris dan logika kombinatorik tingkat tinggi.
Misalnya, peserta diminta membuktikan bahwa dalam pola segitiga titik-titik, jumlah garis “sunny” (yakni garis yang tidak sejajar horizontal, vertikal, atau diagonal 45 derajat) yang bisa digunakan untuk menutupi semua titik hanya bisa bernilai 0, 1, atau 3, dan tidak mungkin bernilai 2, 4, atau lainnya.
Jenis soal seperti itu menuntut kemampuan berpikir abstrak yang sangat tinggi. Namun, kini tampaknya juga bisa dilakukan oleh AI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: arstechnica.com