IdeaFest Surabaya 2025 Bangkitkan Local Heroes

IdeaFest Surabaya 2025 Bangkitkan Local Heroes

Ideatalk membahas bagaimana lokal bisa menjadi senjata utama dalam memenangkan pasar. -Obert Lisangan-HARIAN DISWAY

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kota Pahlawan kembali menegaskan eksistensinya sebagai rumah para inovator. Di Surabaya, IdeaFest Surabaya 2025 resmi digelar selama tiga hari penuh, mulai 1 hingga 3 Agustus di Grand City Mall & Convex.

Setelah bertahun-tahun berkutat di Jakarta, akhirnya festival kreatif terbesar di Indonesia itu menancapkan tonggaknya di Surabaya.

Festival itu bukan hanya soal pameran karya. Melainkan ruang kolaborasi lintas bidang. Kali ini, kolaborasi dimotori oleh dua kekuatan lokal: YouthpreneurFest dan Artisan Market.

BACA JUGA:Entrepreneurial University

Tema yang diusung pun relevan: The Rise of Local Heroes. Sebuah penghormatan pada para pelaku kreatif dan wirausaha yang terus bertahan, beradaptasi, bahkan tumbuh meski dalam tekanan.


Peserta Ideatalk dengan serius memerhatikan penjelasan dari narasumber talkshow Local vs Global Chains, 1 Agustus 2025. -Obert Lisangan-HARIAN DISWAY

Lebih dari 50 sesi IDEATALKS digelar selama dua hari. Menghadirkan ratusan pembicara dari berbagai latar belakang. Mulai dari pelaku industri kreatif, aktivis, sampai tokoh nasional.

Salah satu sesi yang menarik perhatian adalah "Local vs Global Chains: How Surabaya MSMEs Can Compete" yang diisi oleh dua tokoh muda: Christofel Angelo (CEO JCK Enterprise dan CMO Eiji Coffee Indonesia) serta Julius Putranto Komang (CEO Putra Boga).

BACA JUGA:Lewat Entrepreneurial Selling Mahasiswa Universitas Ciputra Belajar Bisnis sejak Dini, Inilah Pemenangnya!

Keduanya bicara tentang strategi bertahan dan menyerang dalam industri F&B yang makin padat. Christofel, yang akrab disapa Celo, berbagi tentang pentingnya memetakan ulang brand positioning secara berkala.

“Setiap dua atau tiga bulan, kita harus sudah mulai review strategi. Kita cari sweet spot, apa keunggulan kita dan apa yang dibutuhkan pelanggan, kita harus menyentuh sesuatu yang belum disentuh kompetitor,” jelasnya.

Jika sudah ditemukan dan didalami, maka seseorang akan masuk dalam zona kemenangan mereka. Pendek kata, bermain di wilayah tanpa kompetisi langsung.

BACA JUGA:Gelar Seminar Bertajuk Green Talk, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untag Surabaya dan Ecoton Serukan Urgensi Pencemaran Sungai

Strategi itu membuat Eiji Coffee tak ikut-ikutan dalam perang harga di red ocean. “Makanya kami punya beberapa lini. Seperti Eiji dan Eijiandco. Supaya brand utama tetap di zona nyaman,” lanjut Celo.

Ia juga menyoroti pentingnya membaca tren: dari soft trend, hard trend, hingga blue sky. "Kemampuan membaca tren akan menentukan bertahan atau tidaknya bisnis lokal," tegasnya.

Di sisi lain, Julius punya filosofi yang lebih agresif. “Bertahan terbaik itu dengan menyerang,” katanya. Ia mendorong timnya untuk terus improve, ekspansi cepat, dan memperbarui konsep toko setiap 2-3 bulan.

BACA JUGA:BEM Unesa Gelar Seminar Entrepreneur, Ajak Mahasiswa Ulik Potensi Ekonomi Kreatif Era 5.0

“Kita harus ambil dulu sebelum orang lain ambil 'kue'nya,” kata Julius, merujuk pada pentingnya ekspansi sebagai bentuk dominasi pasar.

Julius juga menyoroti kekuatan hyperlocal branding. “Kadang brand lokal masih meniru luar. Padahal kita punya bahan cerita yang kuat. Semuanya sekarang dimodifikasi,” katanya. Ia mencontohkan tren sushi kaki lima yang kini menjamur.

Kedua tokoh itu sepakat bahwa kunci bersaing di level global bukan hanya soal kualitas. Tapi kemampuan membaca karakter pasar lokal.

BACA JUGA:Rapat Pimpinan Universitas Airlangga di Yogyakarta (1): Membangun Universitas yang Melahirkan Entrepreneur

Surabaya, dengan keragaman pasar Timur dan Barat-nya, jadi laboratorium pasar yang kompleks sekaligus menguntungkan.

“Kalau bisa menang di Surabaya, kemungkinan besar bisa survive di pasar nasional,” ujar Celo. Dari situ, para local heroes Surabaya benar-benar menunjukkan bahwa mereka tak sekadar bertahan. Tapi juga siap menantang arus global.

IdeaFest Surabaya 2025 menjadi bukti bahwa inspirasi bisa lahir dari mana saja. Selama ada ruang, semangat, dan tentu saja, keberanian untuk tampil berbeda. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: