Ketika Kejelekan Menjadi Keindahan: Menggali Makna dalam Pameran Pretty Ugly

Ketika Kejelekan Menjadi Keindahan: Menggali Makna dalam Pameran Pretty Ugly

Pengunjung Memfoto Karya Seni di Pretty Ugly Exhibition. -Christian Mazmur -Magang Disway


Talitha Maranila, menjelaskan salah satu lukisan karyanya. -Christian Mazmur -Magang Disway

Sementara itu, Talitha Maranila menjelaskan bahwa pameran ini bukan hanya tentang standar kecantikan, tapi juga kritik sosial yang dikemas dalam bentuk seni konseptual. "PRETTY UGLY di sini enggak hanya sekadar beauty standard, tapi lebih membahas tentang konteks apa yang terjadi di masyarakat," ucapnya.

Menurut Talitha, kecantikan sejati itu unik dan personal, bukan standar seragam yang dipaksakan. Harapan Talitha untuk pengunjung cukup sederhana namun mendalam. Ia ingin para pengunjung memiliki kesadaran, terutama mengenai lingkungan.

Karya-karyanya yang baru, termasuk yang dipamerkan di pameran ini, berfokus pada kritik terhadap ironi sikap masyarakat Indonesia kepada alam. "Kita itu warga Indonesia sangat kaya kekayaan alam, tapi disrespect dengan alam itu sendiri," tegasnya.

BACA JUGA: Mooi Indie dalam Pameran Lukisan Djitoe Memberi Kebaruan Perspektif

Karya Talitha berjudul SINGULARITY BLOOM menjadi contoh nyata dari kritiknya. Talitha mengungkapkan bahwa karya tersebut dibuat dari bahan-bahan bekas yang ia kumpulkan sendiri.

"Banyak barang-barang bekas juga, ada pasir yang aku koleksi dari pantai di deket rumahku, terus ada pecahan botol-botol minum, dan material lain. Aku memprioritaskan apa yang sudah kupakai setiap hari untuk menjadikan sebuah karya," ungkapnya.

Proses pembuatan yang cepat, yaitu kurang dari seminggu, dan penggunaan material daur ulang ini menjadi simbol dari bagaimana kesadaran dan tindakan nyata bisa diwujudkan.

BACA JUGA: Pameran Lukisan oleh Komunitas Art Continuous: Sebuah Implementasi Lain Pahlawan

Sebuah Undangan untuk Merenung

Pameran PRETTY UGLY dan karya-karya di dalamnya mengajak Anda untuk berhenti sejenak dan melihat lebih dalam. Bukan tentang menyukai atau tidak menyukai, melainkan tentang kesediaan Anda untuk merenung dan mencari makna di balik apa yang mungkin dianggap "jelek" atau tidak sempurna.

Ini adalah ruang di mana kejujuran, kontradiksi, dan ketegangan justru menjadi sumber inspirasi. Mengajak Anda untuk berpikir kritis tentang nilai seni, diri Anda sendiri, dan dunia di sekitar Anda .(*)

*) Mahasiswa Magang dari Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: diolah dari berbagai sumber