Untung, Sudewo Bukan Orang Malang

Untung, Sudewo Bukan Orang Malang

ilustrasi Gusti--

Sayang, janji politik itu diingkari Sudewo. Belum setahun menjabat, ia mengambil dua kebijakan yang memantik kemarahan warga Pati. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) dinaikkan hingga 250 persen. Kebijakan lain yang mengundang kemarahan warga adalah kebijakan sekolah lima hari dalam satu pekan. 

Kebijakan itu mendapat perlawanan warga. Terutama kenaikan pajak yang selangit tersebut. Alasan Sudewo menaikkan pajak setinggi itu adalah pajak tidak pernah naik selama 14 tahun. Padahal, menurut undang-undang, kenaikan pajak bisa dilakukan setiap tiga tahun selalu.

Andai harus naik tiap tiga tahun, rata-rata kenaikannya sudah mencapai 50 persen. Itu juga masih sangat tinggi bagi rakyat. Terlebih, mereka sedang berbenah dan menata diri setelah terjangan pandemi Covid-19 yang mematikan sendi perekonomian. Sedang bangkit, warga langsung disambut dengan tekanan pajak.


Bupati Pati, Sudewo.-Pemkab Pati-

Kemarahan warga makin memuncak dan menyatukan warga Pati karena pernyataan arogansi. Saat warga sedang menggalang kekuatan dan menyiapkan aksi demo, Sudewo malah menantang. ”Jangankan 5.000 orang, 500.000 pun silakan berdemo. Saya tidak mundur.”

Kalimat itu membuat api amarah rakyat kian menyala. Dukungan logistik untuk demo yang rencananya digelar 13 Agustus 2025 berdatangan. Air mineral kemasan, makanan kecil, dan sembako berdatangan di posko Aliansi Masyarakat Pati Bersatu yang ada di depan kantor kabupaten. Bantuan tersebut dijejer hingga sepanjang ratusan meter.

Akhirnya, arogansi Sudewo pun menasional. Tekanan politik dari atas pun berdatangan. Sampai akhirnya Sudewo menyerah dan –tiba-tiba– ramah kepada rakyatnya. Ia membatalkan dua kebijakan, yakni kenaikan pajak dan sekolah lima hari.

Sudewo juga mencoba berdamai dengan rakyat. Aksinya mendatangi posko aliansi bersama forkopimda juga tidak banyak membuahkan hasil. Hati warga Pati kadung terluka. Rasanya aksi memenuhi tantangan bupati yang minta didatangkan 500.000 orang akan dibayar lunas oleh warga.

Keinginannya agar aksi demo dibatalkan membuat Sudewo kembali terusik. Kini ia menuding ada yang menunggangi demo tersebut. Logika yang dipakai Sudewo adalah aksi demo itu untuk menolak dua kebijakan yang diambilnya. Yaitu, pajak dan sekolah lima hari. Versi Sudewo, seharusnya setelah tuntutan mereka dituruti, aksi demo batal digelar. 

Sebenarnya, tuntutan warga Pati tidak hanya memprotes dua kebijakan Sudewo. Mereka juga ingin melengserkan Sudewo dari kursi pemerintahan. 

Kita tunggu saja aksi di Pati besok, 13 Agustus 2025.

Selama ini banyak umpatan dan makian yang dilontarkan kepada Sudewo oleh warga Pati. Pati masuk wilayah Jawa Tengah dan tentu saja juga termasuk golongan warga yang santun berbudi bahasa.

Andai Sudewo orang Malang, rasanya lebih mudah untuk menemukan makian untuknya. Anda tahu, Malang terbiasa membalik kata dan membaca dari kanan. Tinggal baca namanya dari kanan saja. Selesai. (*)

*) Penulis di Harian Disway 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: