Dari Peluncuran Buku Kisah-Kisah Menyentuh Shanghai Cooperation Organization (1): Jauh dari Kesan Diplomasi Kaku

Peserta peluncuran buku mengambil salah satu buku. Buku tersebut diterbitkan dalam tiga bahasa- Mandarin, Inggris, dan Rusia .-Doan Widhiandono-
Tiongkok memang terus memainkan perannya dalam diplomasi yang khas. Yakni: persahabatan. Itu yang terasa dalam peluncuran buku Stories of the SCO in the New Era. Saya hadir sebagai bagian dari preliminary event acara China International Press Communication Center (CIPCC) di Beijing, Agustus-Desember 2025.
HTEO St Regis, Beijing, Rabu pagi, 20 Agustus 2025, sudah penuh aroma formalitas. Para pejabat berjas rapi. Diplomat dengan pin bendera kecil di dada. Mereka berseliweran didampingi para staf protokol.
Pukul 10.00 tepat, acara itu resmi dimulai: peluncuran buku Stories of the SCO in the New Era.
Ya, buku tersebut tentang Shanghai Cooperation Organization (SCO) lahir pada 2001. Enam negara jadi pendiri: Tiongkok, Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Kini, anggotanya menjulur ke berbagai negara di kawasan Eurasia.
BACA JUGA:Unjuk Gigi Mobil-Mobil Tiongkok di Auto Shanghai 2025, Racikan Kenyamanan dan Kecanggihan
BACA JUGA:Manolo Blahnik Resmikan Butik Pertama di Shanghai, Rilis Koleksi Eksklusif Pasar Tiongkok
Organisasi itu bertujuan memperkuat rasa saling percaya, membangun hubungan bertetangga yang baik, dan mendorong kerja sama lintas sektor. Dari politik, ekonomi, keamanan, sampai budaya.
Visi besarnya sederhana. Membentuk tatanan internasional yang lebih demokratis, adil, dan rasional. Bukan sekadar forum pejabat tinggi, melainkan wadah nyata yang menjaga stabilitas kawasan sekaligus berbagi manfaat pembangunan.
Nah, buku setebal 244 halaman itu diterbitkan oleh Xi Jinping Thought on Diplomacy Studies Centre.
Isinya? Mengejutkan. Jauh dari gaya diplomasi yang kaku.
Chen Bo, sekjen pusat studi sekaligus Presiden China Institute of International Studies membuka acara peluncuran buku Stories of the SCO in the New Era, di Hotel The St Regis, Beijing, Rabu, 20 Agustus 2025.-Doan Widhiandono-
Alih-alih deretan jargon politik, justru 18 kisah nyata yang disajikan dengan gaya penulisan seperti feature wartawan. Mengalir. Ringan. Penuh human interest.
Acara dibuka oleh Chen Bo, sekjen pusat studi sekaligus Presiden China Institute of International Studies. Hadir pula Asisten Menteri Luar Negeri Liu Bin, Chairman of the World Affairs Press Chui Chun, dan Wakil Sekjen SCO Ahmad Saidmurodzoda. Dari deretan kursi belakang, sejumlah perwakilan negara anggota SCO ikut menyimak.
Boleh dibilang, buku itu adalah upaya menghidupkan kembali kisah SCO dengan sentuhan manusia. Begitu halaman demi halaman dibuka, pembaca seolah dibawa berkeliling ke Tajikistan, Uzbekistan, Kazakhstan, hingga Iran. Semua lewat cerita kecil tapi bermakna besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: