Shanghai Cooperation Organization (SCO) Terbuka untuk Negara dengan Spirit Senada
ASISTEN MENTERI Luar Negeri Tiongkok Liu Bin (kiri) ketika memimpin konferensi pers di Beijing, Jumat, 22 Agustus 2025.-Doan Widhiandono-
Selain itu, SCO punya dua negara pemantau (Mongolia dan Afghanistan) serta 14 mitra dialog, termasuk Turki, Mesir, Arab Saudi, dan UEA. Tahun ini, sejumlah negara Asia Tenggara akan hadir sebagai tamu. Yakni, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Laos, dan Kamboja.
BACA JUGA:Daftar Negara yang Bisa Pakai QRIS: Jepang Resmi Bergabung, Tiongkok Menyusul
“Inklusivitas adalah kekuatan SCO,” kata Liu Bin. Menurutnya, banyak negara melihat SCO sebagai jalur alternatif yang lebih fleksibel untuk kerja sama regional.
Bagi Beijing, KTT SCO Tianjin itu bukan sekadar ajang temu kepala negara. Tahun ini juga menandai 24 tahun lahirnya Shanghai Spirit. Itulah prinsip yang menekankan saling percaya, saling menguntungkan, kesetaraan, konsultasi, menghormati keragaman budaya, serta pembangunan bersama.
Prinsip itu, kata Liu, kini semakin relevan. “Konfrontasi yang tidak adil dan memprioritaskan kepentingan sempit di atas kepentingan bersama akan kehilangan dukungan publik,” jelasnya.
Xi Jinping diperkirakan akan menekankan kembali narasi anti-hegemonisme. Juga menyerukan tata dunia yang lebih setara. Dan SCO akan menjadi wadah untuk mewujudkan multilateralisme dengan corak Asia-Eurasia.
SESI PERTANYAAN dalam konferensi pers bersama Asisten Menteri Luar Negeri Tiongkok Liu Bin. Harian Disway menjadi salah satu jurnalis yang tertunjuk bertanya.-Dokumen Pribadi-
Indonesia juga disebut dalam daftar tamu penting. Presiden Prabowo Subianto akan menghadiri KTT SCO atas undangan langsung Presiden Xi. Kehadiran Prabowo menandai keterlibatan lebih dalam Indonesia dalam forum non-Barat. Meskipun statusnya masih sebagai pengamat.
Selain Prabowo, sejumlah pemimpin kawasan juga akan hadir, antara lain PM Anwar Ibrahim (Malaysia), PM Hun Manet (Kamboja), PM Pham Minh Chinh (Vietnam), dan Presiden Thongloun Sisoulith (Laos). Dari Timur Tengah, hadir Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, hingga Presiden Belarus Alexander Lukashenko.
Sejak berdiri, SCO memang dirancang sebagai platform keamanan regional. Ancaman terorisme, ekstremisme, narkotika, dan separatisme jadi fokus awal. Namun, seiring bertambahnya anggota dan mitra, cakupan isu meluas ke ekonomi, energi, konektivitas, hingga perubahan iklim.
Saat ini, SCO mewakili sekitar 40 persen populasi dunia, 20 persen PDB global, serta menguasai 20 persen cadangan minyak dan 44 persen cadangan gas bumi. Dengan angka sebesar itu, forum tersebut kian dipandang sebagai kekuatan strategis baru.
BACA JUGA:Peringatan 80 Tahun Kemenangan Perang Rakyat Tiongkok, Serukan Jaga Perdamaian
BACA JUGA:Melihat Abadinya Masa Silam dalam Kota Modern Tiongkok
Tiongkok pun ingin menjadikan SCO sebagai wajah diplomasi multilateral yang membangun. Bukan memecah. Sebab, sikap hegemonis tidak sesuai dengan zaman. Yang dibutuhkan adalah solidaritas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: