Ragam Rasa dan Cerita di Balik Makanan Fermentasi dari Berbagai Negara

Selain nikmat, sourdough lebih mudah dicerna karena fermentasi alaminya membantu memecah gluten dan menghasilkan probiotik. Kini, sourdough populer kembali sebagai simbol gaya hidup sehat dan seni kuliner tradisional.

BACA JUGA: 5 Fakta Kesehatan Sourdough, Roti Fermentasi Asal Mesir Kuno

3. Tempe (Indonesia)

Tempe yang terbuat dari kedelai difermentasi kaya akan protein nabati, serat, dan probiotik yang bagus untuk pencernaan. --iStock

Tempe adalah kebanggaan kuliner Nusantara yang dibuat dari kedelai difermentasi dengan ragi Rhizopus oligosporus. 

Fermentasi ini menghasilkan tekstur padat, aroma khas, dan rasa gurih alami yang bisa diolah menjadi berbagai hidangan. Nilai gizinya sangat tinggi: kaya protein nabati, serat, vitamin B, serta probiotik untuk pencernaan. 

Karena itu, tempe bukan hanya terkenal sebagai makanan sehari-hari di Indonesia, tetapi juga mendunia sebagai sumber protein yang ramah lingkungan sekaligus bernilai budaya.

BACA JUGA: 9 Manfaat Tempe untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui

4. Sauerkraut (Jerman)

Sauerkraut berbahan kubis yang difermentasi hingga menghasilkan rasa asam segar dan tekstur yang renyah. --iStock

Sauerkraut, yang berarti “kubis asam,” telah menjadi tradisi Jerman sejak ratusan tahun lalu. Kubis yang diiris halus dicampur garam lalu difermentasi oleh bakteri asam laktat hingga menghasilkan cita rasa asam segar dengan tekstur renyah. 

Biasanya disajikan sebagai pelengkap sosis panggang, sauerkraut juga dikenal kaya probiotik, vitamin C, dan serat yang baik untuk kesehatan pencernaan. 

Popularitasnya meluas hingga ke berbagai belahan dunia, menjadikannya salah satu ikon makanan fermentasi Eropa.

BACA JUGA: Ingat, Konsumsi Sayuran Kaya Vitamin K Bisa Optimalkan Kesehatan Paru-Paru

5. Kombucha (Tiongkok)

Sumber: