Latte Dad vs Fatherless, Kesenjangan Peran Ayah dalam Mengasuh Anak

Latte Dad vs Fatherless, Kesenjangan Peran Ayah dalam Mengasuh Anak

Fatherless bukan berarti tidak memiliki ayah secara fisik, tetapi tidak memiliki peran ayah yang hadir dalam tumbuh kembang anak--pinterest


Ilustrasi momen hangat antara seorang ayah dan anaknya sambil bersepeda--freepik.com 

Namun sayangnya, fenomena itu bertolak belakang dengan situasi di Indonesia. Belakangan ini banyak anak di Indonesia menghadapi realita tumbuh dengan fatherless.

BACA JUGA:Peran Ayah sebagai Role Model dalam Keluarga

Fatherless bukan berarti tidak mempunyai ayah, melainkan ayah tidak memiliki peran atau tidak berkontribusi dalam pertumbuhan dan perkembangan sang anak. 

Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), terdapat sekitar 20,9 persen anak di Indonesia tumbuh dengan tidak memiliki peran ayah. 

Dibandingkan dengan latte dad yang memiliki dampak positif, fatherless justru memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan anak. 

BACA JUGA:Mengenal Peran Besar Ayah dalam Tumbuh Kembang Anak


Ketidakhadiran ayah dalam proses tumbuh kembang anak dapat berdampak pada kemampuan anak dalam mengelola emosi dengan baik--freepik.com

Psikolog bernama Muhammad Arif Rizqi, S.Psi., M.Psi mengungkapkan ketidakhadiran ayah dalam tumbuh kembang anak dapat memengaruhi pengendalian emosinya.

Memang tidak langsung terasa dampaknya, tetapi akan muncul saat memasuki usia dewasa. 

Selain itu, tumbuh tanpa kehadiran peran ayah dapat penghambatan perkembangan kognitif dan sosial. Seperti tidak memiliki rasa tanggung jawab, sulit membuat keputusan, dan merasa kesepian. 

BACA JUGA:Menjadi Ayah di Era Modern: Tantangan, Harapan, dan Kebahagiaan dalam Fatherhood

Dalam jangka panjang, keadaan itu cukup mengkhawatirkan. Karena dapat mengganggu pembentukan karakter generasi muda penerus bangsa. 

Kondisi itu merupakan akibat dari faktor patriarki yang secara tidak langsung menjadi tradisi atau aturan yang tidak terlihat dalam masyarakat.

Tradisi itu memunculkan figur ayah yang hanya dianggap sebagai pencari nafkah. Sementara urusan rumah tangga dan anak menjadi tanggung jawab ibu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: diolah dari berbagai sumber