5 Lagu Indonesia yang Berisi Kritik Sosial, Jadi Anthem Perlawanan

5 Lagu Indonesia yang Berisi Kritik Sosial, Jadi Anthem Perlawanan

Kritik sosial dalam musik menunjukkan bahwa seni tidak hanya hadir sebagai hiburan, melainkan juga pengingat kolektif bahwa masih banyak persoalan yang menuntut perhatian. --iStock

Dengan energi musik yang kuat, .Feast berhasil menangkap rasa frustrasi sekaligus kegelisahan yang banyak dirasakan generasi muda hari ini.

5. .Feast – Peradaban


Peradaban sebagai lagu yang menggambarkan potret jujur tentang rasa frustrasi terhadap arah bangsa yang belum jelas. --Spotify

Lewat Peradaban, .Feast kembali menyuarakan keresahannya terhadap sistem politik dan sosial yang stagnan. Liriknya dipenuhi sindiran tentang budaya kekuasaan, perebutan pengaruh, hingga konflik ideologi yang terus berulang tanpa solusi nyata. 

BACA JUGA: Keliru, Gombloh Disebut sebagai Pencipta Lagu Bengawan Solo dalam Penghargaan di Istana Negara

Peradaban mencerminkan perpaduan antara amarah dan kemuakan generasi muda melihat lingkaran masalah yang seolah tak pernah berakhir. 

Lagu yang banyak mengiringi unggahan-unggahan di media sosial itu bukan hanya lagu protes, tetapi juga potret jujur tentang rasa frustrasi terhadap arah bangsa yang belum jelas.

Dari Iwan Fals yang legendaris hingga band-band indie masa kini seperti Efek Rumah Kaca dan .Feast, musisi Indonesia selalu menemukan caranya untuk menyuarakan kritik dan kegelisahan sosial. 

BACA JUGA: Negara Bukan Tujuan, Pancasila Jadi Wasilah Mewujudkan Keadilan

Setiap era memiliki latar belakang dan tantangan yang berbeda, tetapi benang merahnya tetap sama, yaitu menjadikan musik sebagai wadah untuk menyampaikan suara rakyat yang kerap terabaikan. 

Lewat lirik yang tajam, nada yang energik, hingga kisah yang lahir dari pengalaman nyata, lagu-lagu tersebut tidak hanya hadir sebagai hiburan. Lagu-lagu tersebut adalah pengingat kolektif bahwa masih banyak persoalan yang menuntut perhatian.

Kritik sosial dalam musik menunjukkan bahwa seni tidak pernah benar-benar netral; ia lahir dari kondisi masyarakat dan kembali kepada masyarakat sebagai cermin serta peringatan. 

Maka, pertanyaan yang layak direnungkan adalah: ketika para musisi sudah lantang bersuara lewat karya mereka, apakah pendengar hanya akan ikut bernyanyi tanpa berpikir lebih jauh, atau berani menjadikan pesan itu sebagai pijakan untuk bergerak dan bertindak? (*)

*) Mahasiswa Magang dari Prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: