Pildek (FK Unair), Minus Demokrasi

ILUSTRASI Pildek (FK Unair), Minus Demokrasi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
TERPAKSA saya tidak hadir di acara pemaparan visi dan misi calon dekan (cadek) di depan civitas academica Fakultas Kedokteran (FK) Unair Selasa lalu. Ada acara penting yang tidak bisa ditinggal.
Paparan para calon dekan pasti menarik. Selain itu, saya ingin menyampaikan rasa hormat luar biasa kepada lima calon dekan atas keberaniannya mengajukan lamaran menjadi dekan FK Unair.
Setiap cadek tentu tahu benar, apa yang dihadapi FK Unair ke depan. Semua cadek pasti sudah siap dengan rencana matang ke depan dan sangat tahu ke mana FK Unair akan dibawa lima tahun nanti.
Ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak terkendali telah mengubah segalanya. Peter Drucker menyebutnya turbulence era, akan hadir masa yang teramat sulit bagi umat manusia di bumi.
Tahun 2000, Mc Kinsey mengingatkan, sektor keuangan dan sektor medislah yang paling terdampak oleh perubahan teknologi. Technology is the determinant factor in health care.
James Canton dalam bukunya, The Extreme Future (2006), menulis goodbye primitive medicine. Penanganan medis berubah secara fundamental dan terus akan berubah tanpa henti dan tidak bisa diprediksi.
Layanan medis membutuhkan kehadiran nakes baru untuk bisa bekerja di ruang kedokteran era baru. Hanya pendidikan terbaiklah yang bisa menyelamatkan masa depan dokter lokal di negeri ini.
Siapkah FK Unair menjamin dokter lulusannya diterima di pasar kerja era baru yang kompetitif tanpa batas? Kesanggupan lima calon dekan FK Unair memikul tanggung jawab masa depan dokter lokal lulusan FK Unair itu sungguh layak dihormati.
Kelima calon dekan tersebut pastilah putra terbaik FK Unair plus bernyali sangat besar. Melamar menjadi pilot saat pesawat FK Unair terbang memasuki turbulence era.
Sesuai ketetapan statuta Universitas Airlangga, dekan jelas dipilih langsung oleh rektor. Artinya, tidak akan ada voting. Lantas, untuk apa ada acara presentasi calon dekan (cadek) di depan civitas academica?
Mungkin itu pertanda rektor baru akan menjalankan meritokrasi dengan sepenuh hati di universitas yang dipimpinnya. Setiap keputusan rektor akan transparan, siap dinilai oleh seluruh civitas academica.
Sungguh sikap yang terpuji, mimbar akademis akan tetap dijunjung tinggi walau penunjukan dekan sepenuhnya adalah hak rektor.
Dekan adalah komandan perang yang menjamin tridarma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat) di FK Unair berjalan sesuai harapan (baca: memenuhi target).
Di samping persyaratan dasar dan umum yang harus terpenuhi, sangat diperlukan persyaratan khusus cadek agar dinilai mampu menghadapi situasi specifik ini (turbulence era).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: