Parade Damai dengan Show Militer

PARADE SENJATA Nuklir di sekitar lapangan Tianamen yang menunjukkan teknologi Tiongkok.-XINHUA-MA NING-
Semua itu disusun dalam formasi ketat, menegaskan hasil reformasi militer di bawah kepemimpinan Xi.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (1): Bening Tilu Kejar Cita-Cita Mulia
BACA JUGA:Prabowo Tiba di Jakarta Usai Hadiri Peringatan Kemenangan Perlawanan Tiongkok
Xi tidak sendirian di panggung utama. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berdiri di sampingnya. Lebih dari 20 kepala negara dan pemerintahan ikut menyaksikan, meski tanpa kehadiran pemimpin utama negara Barat.
Tiongkok juga mengundang keluarga pejuang asing yang pernah membantu perlawanan, dari Rusia, AS, Inggris, Prancis, hingga Kanada. Kehadiran mereka menjadi pengingat bahwa perang mereka dulu adalah perjuangan lintas bangsa.
Bagi warga Beijing, acara itu bukan sekadar tontonan militer. Sejak subuh, ribuan orang sudah memadati jalan, mengibarkan bendera merah. “Bangga sekali bisa hadir. Parade ini bukan sekadar unjuk kekuatan, tapi juga mengingatkan bahwa kita pernah berkorban besar demi perdamaian,” kata Jenny Wang, pegawai negeri 24 tahun, yang diwawancarai kantor berita Agence France-Presse.
Bagi Tiongkok, perayaan 80 tahun kemenangan perang punya makna strategis. Itulah kemenangan penuh pertama bangsa itu melawan agresi asing di era modern. Biayanya sangat mahal: 35 juta korban militer dan sipil. Sepertiga dari total korban Perang Dunia II.
RUDAL DAN HULU LEDAK ini menjadi salah satu -XINHUA-LIU XU-
Xi menegaskan, kemenangan itu adalah kontribusi besar Tiongkok bagi peradaban manusia. Karena itu, katanya, akar penyebab perang harus dihilangkan agar tragedi sejarah tak terulang.
Pernyataan damai itu bersanding dengan pameran kekuatan. Dari rudal nuklir hingga pasukan penjaga perdamaian PBB ikut berjalan di Tiananmen. Pesannya jelas: Tiongkok ingin dilihat sebagai kekuatan global yang mampu mencegah perang dengan kekuatan, dan menjaga damai dengan otoritas.
Meski demikian, sejumlah warga Beijing sadar bahwa dukungan dunia tidak sepenuhnya bulat. “Banyak negara besar Barat tidak datang karena iri,” ujar Hu Daxian, 50 tahun, kepada AFP. “Tapi saya berharap Tiongkok bisa tetap bersahabat dengan semua negara,” tambahnya
Parade itu bukan sekadar ritual peringatan. Ia bagian dari narasi “modernisasi Tiongkok” yang ditargetkan rampung 2035. PLA dituntut menjadi penopang strategi itu: kuat secara militer, tapi juga dipercaya dunia sebagai kekuatan penjamin stabilitas.
PASUKAN PENJAGA PERDAMAIAN dari Tiongkok ikut berparade memperingati 80 tahun kemenangan rakyat Tiongkok atas agresi Jepang.-XINHUA-LIU XU-
Di pertengahan hari, Harian Disway menyaksikan langsung jamuan makan siang yang dihelat di Balai Agung Rakyat Tiongkok. Di gedung megah di sisi barat Lapangan Tiananmen itu, Xi kembali mengulang pesannya. Juga simbolnya, bahwa Tiongkok siap bergandengan dengan negara lain untuk menjaga perdamaian. Toast…! (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: