Maraknya Kasus Cacingan di Indonesia, IDAI Ungkapkan Lemahnya Layanan Kesehatan Dasar

Ketua IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, tekankan pentingnya penguatan layanan kesehatan primer untuk cegah kasus cacingan berulang.-disway.id-
HARIAN DISWAY — Kasus infeksi cacing yang menimpa bocah bernama Khaira di Bengkulu menjadi sorotan nasional.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, memberikan peringatan keras agar pencegahan kesehatan anak lebih diperkuat sejak dini.
Ia menekankan bahwa sistem kesehatan tidak boleh hanya fokus pada hilirisasi. Upaya promotif dan preventif di tingkat keluarga serta masyarakat harus menjadi prioritas utama.
“Tapi di hulunya ini justru yang paling penting ya, supaya dihulu ini seperti penguatan posyandu, penguatan kader kesehatan, penguatan puskesmas,” kata dr. Piprim saat ditemui di Jakarta Timur, dikutip 22 September 2025.
BACA JUGA:IDAI Soroti Dampak Cacingan pada Tumbuh Kembang Anak
Kasus Khaira menjadi pengingat bahwa cacingan bukan penyakit ringan. Kondisi tersebut menunjukkan masih adanya celah dalam program kesehatan masyarakat.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu menyebut cacingan masih mengancam tumbuh kembang anak. Padahal, program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Cacingan sudah rutin dilakukan di sekolah maupun posyandu.
BACA JUGA:Belajar dari Raya, Waspada Gejala Awal Cacingan Pada Anak dan Cara Pencegahan yang Efektif
Kasus cacingan berat di Bengkulu bukan yang pertama. Sebelumnya, kejadian serupa juga menimpa seorang anak di Sukabumi.
Dr. Piprim menjelaskan, istilah hilirisasi kesehatan menggambarkan sistem yang lebih banyak berfokus pada pengobatan. Padahal, menurutnya, investasi terbesar justru ada pada upaya pencegahan yang menyentuh langsung keluarga.
“Udah dapet obat cacing belum 6 bulan sekali? Udah dapet vitamin A belum? Kalau program-program ini terdata dengan baik, dan balita itu tidak ada yang tertinggal, ini kasus kecacingan sampai 1 kilo, itu nggak terjadi, karena terdeteksi dengan awal,” jelasnya.
Pencegahan, menurut dia, bisa dilakukan dengan memperkuat peran puskesmas dan posyandu. Kader kesehatan di tingkat desa juga harus lebih aktif menjangkau setiap balita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: disway.id