Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (39): Waktu Membeku di Guangxi

SUASANA MALAM di Three Streets and Two Alleys di Nanning, Senin, 15 September 2025.-Doan Widhiandono-
Tak hanya wilayah dengan geliat ekonomi yang begitu masif. Guangxi, wilayah otonomi khusus di sisi selatan Tiongkok itu, juga mendulang pundi-pundi lewat sektor pariwisata. Salah satu caranya adalah: ’’membekukan waktu.”
BUS itu mengantar kami, para jurnalis peserta program China International Press Communication Center (CIPCC), ke sebuah sudut kota yang langsung memunculkan rasa hangat. Itulah Three Streets and Two Alleys (三街两巷/ Sān jiē liǎng xiàng). Itulah kawasan yang bak mesin waktu menuju masa silam.
Malam itu, Senin, 15 September 2025, Sān jiē liǎng xiàng di distrik Xingning seperti menunggu kami dengan wajah klasiknya.
Memang, kawasan itu pertama kali terbentuk pada masa Dinasti Song (960–1279). Lalu berkembang menjadi pusat perdagangan serta budaya di awal abad ke-20. Malam itu, lorong-lorong kunonya terasa hidup abadi.
Turis berjubel. Silih berganti. Kami berfoto di depan bangunan berarsitektur lawas yang masih lestari. Bentuknya khas: rumah dua lantai dengan atap melengkung, ukiran kayu, dan trotoar batu.
Kawasan itu dibentuk oleh tiga jalan utama. Yakni, Xingning (邕宁路), Jiefang (解放路), dan Minsheng (民生路). Mereka bertemu dengan dua gang kuno: Jinshi (金狮巷) dan Yinshi (银狮巷). Di sanalah riuh keramaian bercampur dengan aroma makanan.
Dari salah satu sudut, pengamen jalanan memainkan lagu dengan gitar akustik. Beberapa pengunjung ikut bernyanyi. Termasuk Harian Disway dan Filomeno Martins, jurnalis dari Timor Leste. Secara khusus, kami minta bermain gitar. Meluncurlah lagu Have You Ever Seen the Rain yang dipopulerkan Creedence Clearwater Revival (CCR) pada 1971.
Penonton? Tak ada yang ikut bernyanyi. Mungkin tak tahu lagunya. Atau, ehm, takjub…
PEDAGANG MAKANAN berjajar di salah satu gang di kawasan Three Streets and Two Alleys di Nanning, Tiongkok.-Doan Widhiandono-
Para jurnalis lain berbaur bersama turis. Menelusuri gang-gang dengan aroma makanan yang terus menerus menggelitik hidung. Berbaur dengan pedagang suvenir, kantor percetakan lama, kantor koran masa lalu, hingga penjahit. Semuanya sudah jadi museum mini.
Tak sulit membayangkan bahwa di masa lalu, kawasan ini adalah titik temu pedagang dari berbagai daerah. Kini, suasana tetap sama hidupnya, hanya saja turis lebih banyak daripada saudagar.
Dan itu bukan satu-satunya pengalaman kami…
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: