Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (39): Waktu Membeku di Guangxi

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (39): Waktu Membeku di Guangxi

SUASANA MALAM di Three Streets and Two Alleys di Nanning, Senin, 15 September 2025.-Doan Widhiandono-

Tiga hari kemudian, Kamis, 18 September 2025, perjalanan bergeser ke Guilin. Kota yang masyhur karena lanskap karst Sungai Li itu punya kawasan bersejarah lain: East West Street (东西巷).

BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber

BACA JUGA:ITCC Lepas 250 Calon Mahasiswa ke Tiongkok, Gelar Sharing Session Knowledge is Power Bersama Dahlan Iskan

Kawasan itu kali pertama terbentuk pada 621 Masehi, era Dinasti Tang, sebagai bagian dari kota kuno Zi. Pada masa Dinasti Ming (1368–1644) dan Qing (1644–1912), East West Street berkembang menjadi pusat aktivitas komersial dan budaya elite kota.

Lorong-lorongnya tetap menampilkan gaya arsitektur Ming dan Qing: tembok bata abu-abu, atap melengkung, dan ukiran kayu detail.

Kawasan sepanjang lebih dari 630 meter itu kini dipenuhi toko, galeri seni, dan kafe. Renovasi besar dilakukan dalam satu dekade terakhir. Dan kawasan ini resmi dibuka kembali untuk umum pada 2016.

Saat malam tiba, East West Street bersinar oleh lampu warna-warni. Suasananya nyaris mirip dengan Nanning: turis berdatangan, suara tawa bersahutan, toko kuliner menebarkan aroma.

Di antara jalan-jalan kecil seperti Zhengyang East Alley (正阳东巷) dan Jiangnan Alley (江南巷), terasa jelas bahwa kota ini berusaha merawat peninggalan masa lalu sambil tetap menyambut modernitas.


JURNALIS peserta program CIPCC berfoto di gerbang kuno Guilin, 18 September 2025.-Dokumen Pribadi-

Kawasan itu berpadu apik dengan Xiaoyao Tower (逍遥楼) yang kami kunjungi sebelum menelusuri gang-gang kuno. Menara itu memiliki sejarah panjang. Pertama kali dibangun pada 621 Masehi, Dinasti Tang, oleh gubernur Li Jing sebagai gerbang timur kota kuno. Bangunan tersebut kemudian diperkuat lagi pada masa Dinasti Song, Yuan, Ming, hingga Qing.

Namun, sejarah panjang itu juga penuh luka. Menara hancur beberapa kali. Terakhir saat perang Tiongkok-Jepang pada 1930-an.

Reruntuhan itu lama dibiarkan, hingga pemerintah Guilin memutuskan membangunnya kembali pada 2015 dengan gaya arsitektur Tang. Kini, Xiaoyao Tower berdiri setinggi 24 meter, seluas 630 meter persegi, dengan dua lantai dan tiga atap bertingkat.

Malam itu, kami naik ke puncak menara. Dari atas, panorama Guilin tersaji. Sungai Li (漓江) mengalir tenang, sementara siluet Gunung Zizhou (紫竹山) dan Gunung Qixing (七星山) tampak dalam cahaya lampu kota. 

Perjalanan di Guilin berakhir dengan melewati gerbang kuno selatan. Gerbang ini, awalnya dibangun pada era Tang dan diperkuat pada masa Ming, masih berdiri kukuh.

BACA JUGA:4 Pesan di Balik Pamer Senjata Tiongkok dalam Parade Militer

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: