Lomba Debat Bahasa Mandarin Disway, Tim Majidiyah dan Nurul Jadid Berdebat Soal Kiai Harus Memahami AI

Peserta lomba debat dari SMA Nurul Jadid, Desta Aulia Khoirunnisa (kiri), Arista Nurin Wadhiah (tengah), dan Irma Nur Azizah (kanan).-Syahirol Layeli-HARIAN DISWAY
HARIAN DISWAY - Pertandingan ke-10 menjadi babak semi final untuk tim pro SMA Nurul Jadid 2 dan tim kontra Alpad dari SMA Al-Majidiyah Palduding, Pamekasan Madura pada lomba debat di Disway Mandarin Debate and Speech Competition.
Kedua peserta ini sama-sama berasal dari pondok pesantren.
Pertandingan debat itu menggunakan tema “Kiai Harus Melek Artificial Intelligence (AI)”. Pihak pro menyatakan bahwa jika kiai tidak melek AI, maka pesantren harus menghadapi tantangan dalam mengikuti perkembangan zaman.
“Kita hidup di era digital, kita tidak boleh tidak ikut perkembangan zaman. Maka, kiai harus muncul untuk mengatasi keresahan umat,” bantah tim SMA Nurul Jadid selaku pihak pro, saat memasuki babak semifinal Disway Mandarin Debate and Speech Competition.
AI bukan berfungsi untuk menggantikan peran AI. Tetapi, kiai bisa memanfaatkan AI untuk menambah ilmu agama. AI adalah alat untuk memperluas dakwah dan mengajar para santri agar tidak tergerus perubahan zaman.
Peserta lomba debat tim Alpad dari pondok pesantren Al-Majidiyah menyampaikan bahwa kiai seharusnya mengerti banyak hal. Sebab, ilmunya sudah banyak. Kiai juga mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat.
“Kalau mengandalkan AI, ilmu yang didapatkan oleh kiai tidak akan bersanad. Kedua, kalau kiai hanya fokus belajar AI, tidak akan punya waktu untuk memahami kitab keagamaan,” tutur tim debat pihak kontra Alpad.
BACA JUGA:Lomba Debat Bahasa Mandarin Disway, Pertandingkan 15 Tim Beranggotakan 3 Orang Santri
Jika kiai tidak paham terhadap kitab keagamaan, tidak akan bisa memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh umat. Masyarakat pun tidak akan percaya lagi kepada para kiai.
Alpad pun menyanggah dengan mengatakan bahwa kiai adalah pemimpin spiritual. Sehingga, harus bertemu secara langsung dengan masyarakat. Ilmu yang dikuasai oleh kiai adalah hal-hal yang tradisional.
Dengan mempelajari hal tradisional, maka akan semakin banyak pengetahuan baru yang didapat. Daripada hanya menghabiskan waktu untuk belajar dengan AI, lebih baik dipakai untuk mengajar para santri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: