MBG, Mengawal Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045

ILUSTRASI MBG, Mengawal Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Diharapkan, program MBG yang mengawal jalan cemerlang meraih manfaat bonus demografi dikelola dengan konsisten sehingga menjadi social equalizer yang memastikan anak dari keluarga miskin maupun kaya memiliki peluang sama untuk tumbuh sehat.
Ketika Indonesia gagal membangun nutritional foundation yang kokoh hari ini, bonus demografi hanya menjadi angka statistik tanpa kekuatan transformasi. Untuk itu, orang tua Indonesia menuntut keberlanjutan, indikator keberhasilan yang jelas, dan arah yang konsisten hingga 2045.
Di ranah internasional, dunia telah menyepakati SDGs 2030 sebagai arah pembangunan global berkelanjutan. Indonesia pun telah menjadi bagian dari SDGs 2030.
Bagaimana orang tua Indonesia dapat berpartisipasi dalam pencapaian target-target SDGs? Zero hunger dimaknai orang tua perlu memastikan setiap anak berangkat sekolah dengan perut terisi dengan gizi seimbang yang tidak harus mahal.
Good health and well-being berarti mengupayakan anak tumbuh tanpa tengkes dan siap menggapai prestasi.
Itu menuntut teladan perilaku hidup sehat, membatasi makanan instan, mendorong aktivitas fisik, dan memantau tumbuh kembang anak agar tidak malanutrisi.
Quality education berarti anak belajar dengan penuh motivasi, pikiran segar, dan tubuh bugar.
Dengan melakukan langkah-langkah sederhana itu, orang tua tidak hanya menjaga buah hati terkasih, tetapi juga turut berkontribusi dalam gerakan dunia membangun generasi unggul, sehat, kontributif, dan kompetitif.
Tiga target SDGs itu, bila ditanamkan sejak keluarga, akan menjadi landasan kokoh mewujudkan generasi produktif yang kelak memimpin Indonesia pada puncak demografi 2045.
Generasi emas tidak lahir dari mimpi kosong. Generasi unggul itu diciptakan melalui anak-anak yang asupan gizinya terpenuhi sehingga mereka sehat, bahagia, semangat, dan berdaya.
Program MBG merupakan harapan sekaligus ujian. Dipandang sebagai harapan karena dapat memutus rantai persoalan gizi. Disebut ujian karena keberhasilannya ditentukan kualitas, pemerataan, transparansi, dan keberpihakan pada pangan lokal.
Setiap piring bergizi hari ini adalah investasi sosial yang menentukan siapa yang akan memimpin Indonesia esok.
Pahamilah, Indonesia Emas 2045 tidak berawal dari podium politik, tetapi dari meja makan keluarga dan senyum anak-anak yang tumbuh sehat, kuat, dan cerdas.
Membangun manusia Indonesia itu amanat bangsa, ”bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”. (*)
*) Jani Purnawanty adalah dosen dan peneliti di Fakultas Hukum, Universitas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: