Said Abdullah: Doktrin Pertahanan Semesta Presiden Prabowo Masih Relevan Hadapi Geopolitik Dunia

SAID ABDULLAH optimistis Doktrin Pertahanan Semesta Presiden Prabowo Subianto mampu menjawab tantangan geopolitik modern.--PDIP Jatim
HARIAN DISWAY – Ketua DPP PDIP Said Abdullah menilai doktrin pertahanan semesta yang diusung Presiden Prabowo Subianto merupakan langkah tepat untuk menjawab dinamika geopolitik global yang kian kompleks.
Menurut Said, di tengah pergeseran kekuatan dunia yang kembali menuju situasi bipolar, Indonesia perlu memperkuat sistem pertahanan nasional yang melibatkan seluruh komponen bangsa.
“Doktrin pertahanan yang diajukan oleh Presiden Prabowo tidak bergeser dari sistem pertahanan semesta yang dirumuskan Jenderal AH Nasution dalam Pokok-Pokok Gerilya,” ungkap ketua Badan Anggaran (Badan) DPR RI itu dalam keterangan yang ia kirimkan ke Harian Disway pada Senin, 6 Oktober 2025.
BACA JUGA:Said Abdullah: APBN 2026 Sebagai Alat Penunjang Guncangan Ekonomi
BACA JUGA:Said Abdullah: PDIP Jatim Evaluasi Kinerja Anggota DPRD
“Sistem ini melibatkan seluruh rakyat dan sumber daya nasional dalam membangun pertahanan negara,” imbuhnya.
Said menjelaskan, sejak keruntuhan Uni Soviet pada 1991, dunia tidak pernah benar-benar stabil. Konflik berbasis ideologi, agama, ekonomi, hingga perebutan sumber daya alam terus terjadi.
Munculnya kekuatan baru seperti Tiongkok dan Rusia, menurutnya, telah mengubah peta kekuatan global yang sebelumnya didominasi Blok Barat.
“Kini dunia bergerak ke arah bipolar kembali, tetapi berbasis pragmatisme, bukan ideologi,” ujarnya. Ia juga menyoroti ketidakharmonisan Amerika Serikat (AS) dengan sebagian sekutunya seperti Inggris, Prancis, dan Kanada. Utamanya, akibat kebijakan tarif dagang serta sikap AS yang kerap memihak Israel.
BACA JUGA:Said Abdullah Mintakan Maaf untuk Sadarestuwati dan Deddy Sitorus
BACA JUGA:Said Abdullah: Tak Elok DPR Dapat Tunjangan Tinggi saat Ekonomi Serba Sulit
Dalam konteks itu, Said menilai sistem pertahanan semesta masih relevan karena ancaman saat ini tidak hanya berbentuk perang konvensional, tetapi juga perang politik, ekonomi, budaya, dan siber.
“TNI dan Polri tentu memiliki keterbatasan menghadapi perang nonkonvensional. Karena itu diperlukan dukungan rakyat terlatih dan kaum profesional di berbagai bidang,” kata politikus PDIP tersebut.
Said juga mengapresiasi langkah Prabowo selama menjabat menteri pertahanan yang memperkuat struktur organisasi TNI. Termasuk, pembentukan sejumlah komando daerah dan satuan baru.
Ia menyebut penguatan industri pertahanan dalam negeri seperti PT PAL, PT Pindad, dan kerja sama dengan Korea Selatan dalam proyek pesawat tempur KF-21 Boramae sebagai upaya menuju kemandirian alutsista nasional.
BACA JUGA:Said Abdullah: Rotasi Sejumlah Ketua DPD PDIP Sesuai Aturan Partai
BACA JUGA:Said Abdullah Tegaskan PDIP Tetap Jadi Sparing Partner Pemerintah
Meski begitu, Said mengakui anggaran pertahanan Indonesia masih terbatas. “Dalam Defend Budget Rank 2025, Indonesia berada di peringkat 29 dunia, di bawah Singapura. Ini belum ideal untuk mendukung Minimum Essential Force (MEF),” jelasnya.
Ia menegaskan profesionalitas prajurit tetap menjadi modal utama kekuatan TNI. “Profesionalitas berarti TNI netral dari politik praktis dan fokus pada tugas pertahanan negara,” ujar Said.
Bravo! Dirgahayu TNI ke-80. Jadilah patriot bangsa yang gagah berani. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: