50 Korban Runtuhnya Musala Ponpes Al Khoziny Berhasil Diidentifikasi

50 Korban Runtuhnya Musala Ponpes Al Khoziny Berhasil Diidentifikasi

Tim SAR dan petugas DVI mengevakuasi jenazah korban runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Hingga Jumat 10 Oktober, sebanyak 50 korban telah berhasil diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga.--BNBP

HARIAN DISWAY - Tim Disaster Victim Identification (DVI) kembali merilis perkembangan terbaru hasil identifikasi korban insiden runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Hingga Jumat 10 Oktober, sebanyak 50 jenazah telah berhasil dikenali, sementara 11 lainnya masih dalam proses identifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya.

Menurut keterangan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kelima puluh jenazah yang telah teridentifikasi itu telah dikembalikan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.

Adapun sisa jenazah yang belum teridentifikasi masih dalam proses pemeriksaan lanjutan, termasuk lima potongan tubuh manusia yang ditemukan secara bertahap oleh tim SAR gabungan di lokasi kejadian.

BACA JUGA:Dasco: Wacana Pembangunan Ulang Ponpes Al Khoziny Pakai APBN Belum Final

BACA JUGA:Polda Jatim Periksa 17 Saksi Insiden Ponpes Al Khoziny, Terapkan 3 Pasal Ini!

Insiden yang terjadi pada Senin 29 September sore itu menewaskan 61 orang dan menjadi bencana non-alam dengan jumlah korban meninggal dunia terbanyak sepanjang 2025. Penyebab runtuhnya bangunan empat lantai tersebut diketahui akibat kegagalan struktur penyangga bangunan yang dinilai tidak memenuhi standar konstruksi.

Peristiwa ini juga menjadi perhatian serius pemerintah pusat. Dalam rapat tingkat menteri yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno, Jumat 10 Oktober, dibahas langkah-langkah peningkatan keamanan infrastruktur pendidikan di seluruh Indonesia.


Petugas BNPB dan tim gabungan menyelesaikan proses pembersihan puing reruntuhan musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Selasa 7 Oktober. Operasi SAR resmi ditutup setelah tidak ditemukan korban baru.-Boy Slamet-Harian Disway

“Ambruknya bangunan ponpes Al Khoziny menjadi bencana non-alam, kegagalan teknologi dengan korban meninggal dunia terbanyak sepanjang tahun 2025. Ini mesti kita jadikan atensi dan antisipasi agar tidak terjadi di kemudian hari,” kata Pratikno.

BACA JUGA:Pasca Ambruknya Ponpes Al Khoziny, Cak Imin dan Menag Nasaruddin Gelar Pertemuan Khusus

BACA JUGA:Korban Runtuhnya Musala Ponpes Al Khoziny Capai 61 Orang

Ia juga mengapresiasi sinergi cepat BNPB, Basarnas, dan pemerintah daerah dalam proses penanganan darurat. Sebelumnya, Pratikno sempat meninjau langsung lokasi kejadian pada Kamis 2 Oktober bersama Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Direktur Operasional Basarnas Laksamana Pertama TNI Bramantyo, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

BNPB menjelaskan, penanganan insiden ini melibatkan berbagai kementerian dan lembaga lintas sektor. BNPB bertindak sebagai koordinator utama sesuai mandat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, sementara Basarnas memimpin operasi SAR dengan dukungan TNI, Polri, dan relawan.

BACA JUGA:DVI Polda Jatim Kirim 51 Sampel DNA Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny ke Laboratorium, 17 Jenazah Teridentifikasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: