Perundungan Tewaskan Siswa SMPN 1 Geyer, Grobogan: Kontradiksi Info Kasek-Siswa

ILUSTRASI Perundungan Tewaskan Siswa SMPN 1 Geyer, Grobogan: Kontradiksi Info Kasek-Siswa.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Perundungan di SMP Negeri 1 Geyer, Grobogan, Jateng, menewaskan siswa kelas VII Angga Bagus Perwira, 12. Kepala Sekolah Sukatno mengatakan ke wartawan, kejadiannya di jam istirahat. Dengan begitu, guru tidak tahu. Sebaliknya, saksi mata mengatakan, itu terjadi pada jam pelajaran, tapi gurunya belum datang ke kelas.
KONTRADIKSI kesaksian kasus perundungan antara pihak guru dan saksi mata selalu terjadi. Di banyak kasus, Guru pasti tidak melihat kejadiannya. Jika melihat, justru ia salah karena tidak mampu melerai.
Sebaliknya, saksi mata yang umumnya siswa melihat langsung proses kejadian serta latar belakang masalah. Di kasus yang menewaskan Angga, kontradiksi itu terjadi.
Peristiwa terjadi di teras depan ruang kelas VII G, ruang kelas korban dan pelaku, Sabtu, 11 Oktober 2025. Angga meninggal dalam perjalanan menuju puskesmas terdekat.
Kasek Sukatno kepada wartawan, Senin, 13 Oktober 2025, menceritakan, Angga bukan sekali ini dirundung di sekolah. Pada Kamis, 28 Agustus 2025, Angga dipukuli beberapa teman sekelasnya.
Sukatno: ”Waktu itu nenek Angga mendatangi sekolah, melaporkan ke guru bahwa Angga dipukuli teman-temannya. Kami, para guru, segera menyelidiki.”
Kasusnya diselidiki guru bimbingan konseling (BK). Hasilnya, Angga memang dipukuli beberapa teman sekelas. Kemudian, guru memeriksa para siswa perundung Angga. Para perundung mengakui, kemudian mereka minta maaf kepada Angga. Problem selesai tanpa laporan polisi.
Sukatno: ”Nah, kejadian yang kemarin itu pelakunya lain lagi. Meski teman sekelas, tapi bukan pelaku yang dulu. Kami sangat menyesal dan mohon maaf hal itu bisa terjadi. Kami percayakan penanganan kasus ini kepada kepolisian.”
Menurutnya, peristiwa terjadi di teras depan ruang kelas VII G, ruang kelas korban dan pelaku di lantai dua.
Sukatno: ”Kejadiannya pada jam istirahat kedua, sekitar pukul 11.10 WIB. Lokasi perundungan itu jauh dari ruang guru. Jadi, kami para guru tidak tahu kejadiannya. Tahu-tahu ada siswa lapor bahwa ada siswa pingsan. Kemudian, para guru segera mendatangi lokasi.”
Saat itu para guru mengangkat tubuh Angga, dibawa ke ruang usaha kesehatan sekolah (UKS). Hasil pemeriksaan di UKS, kondisi luka di kepala Angga cukup berat. Harus dibawa ke RS secepatnya. Lalu, para guru membawa Angga ke Puskesmas Geyer, lokasi terdekat.
Tiba di puskesmas, dokter menyatakan, Angga sudah meninggal. Jenazahnya kemudian dikirim ke RSUD dr Raden Soedjati Soemodiardjo, Purwodadi. Pihak keluarga korban dihubungi pihak sekolah, yang segera melihat kondisi jenazah. Selanjutnya, pihak keluarga meminta jenazah diautopsi.
Esoknya, hasil autopsi dikirim tim medis RSUD Purwodadi ke rumah korban di Dusun Muneng, Desa Ledokdawan, Geyer. Kedatangan petugas diterima kakek korban, Pujiyo. Dan, Pujiyo langsung bertanya penyebab kematian. Dijawab petugas, diduga ada unsur tindak kekerasan.
Pujiyo: ”Petugas mengatakan ke saya, ada benturan benda tumpul pada kepala bagian kanan dan kiri cucu saya. Ada penggumpalan darah di otak. Dijelaskan, tengkorak di bawah otak belakang remuk. Kata dokternya seperti itu.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: