Layar yang Retak di Bulan Santri

ILUSTRASI Layar yang Retak di Bulan Santri.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
KH Anwar Manshur mungkin tak menonton tayangan itu.
Namun, beliau ”ditonton” setiap hari oleh murid-muridnya –lewat tutur lembut, lewat sabar yang panjang.
Barangkali, jika beliau bicara, kalimatnya hanya satu:
”Biar mereka belajar tentang adab, seperti kita belajar tentang sabar.”
Media mungkin menguasai layar, tapi pesantren menguasai hati.
Dan, yang menguasai hati tak akan kalah oleh gaduh dunia.
Maka, di bulan santri ini, biarlah kita menatap layar yang retak itu bukan dengan amarah, melainkan dengan kebijaksanaan.
Sebab, retak tak selalu berarti hancur. Kadang ia justru menjadi celah bagi cahaya untuk masuk.
Dan, dari cahaya itulah, semoga lahir bangsa yang lebih matang: yang tahu cara menghormati, tahu cara berbicara, dan tahu kapan harus diam untuk menjaga martabat. (*)
*) Ady Amar, kolumnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: