Munas VI Forum Lingkar Pena Teguhkan Literasi dan Spirit Kemanusiaan Nasional
Forum Lingkar Pena (FLP) resmi membuka kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) ke-VI di Gedung Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Surabaya pada Jumat, 17 Oktober 2025 yang akan berlangsung hingga 19 Oktober 2025.--FLP
Sebagai bagian dari rangkaian kegiata Munas VI Forum Lingkar Pena, digelar Seminar Nasional bertajuk “Literasi (untuk) Kemanusiaan dan Realitas Politik Global.” Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber ternama, yaitu Dr. Saiful Bahri, Lc., M.A. dan Dr. Maimon Herawati, S.Sos., M.Litt.
Dr. M. Irfan Hidayatullah, M.Hum. bertindak sebagai moderator. Seminar ini dihadiri oleh ratusan peserta Munas dari berbagai wilayah Indonesia yang antusias menyimak gagasan dan refleksi para pemateri. Berikut adalah pembahasan dalam Seminar Nasional tersebut.
Meneladani Spirit Kemanusiaan dalam Al-Qur’an
Dalam pemaparannya, Dr. Saiful Bahri mengangkat tema penting tentang dimensi kemanusiaan dalam literasi dengan menjelaskan bahwa literasi kemanusiaan bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi tentang kemampuan memahami kebaikan dan memperjuangkannya.
BACA JUGA:Hari Literasi internasional 2025: Sejarah, Makna, dan Relevansinya di Era Digital

Forum Lingkar Pena (FLP) resmi membuka kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) ke-VI di Gedung Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Surabaya pada Jumat, 17 Oktober 2025 yang akan berlangsung hingga 19 Oktober 2025.--FLP
“Aspek literasi kemanusiaan adalah memahami kebaikan. Literasi kemanusiaan akan menang kalau kita masih mengingatkan manusia lain bahwa kita memiliki tugas besar: menyelamatkan manusia agar tidak menjadi setan,” tuturnya, seraya menyinggung perang di Gaza, sebagai cerminan nyata.
Menurut Dr. Saiful, Al-Qur’an banyak mengandung simbol-simbol yang mengajarkan manusia untuk memahami kehidupan secara utuh. Ia menyebutkan bahwa seseorang yang ingin menjadi pribadi baik harus memiliki tiga bentuk tauhid: tauhid teologis, tauhid sosial, dan tauhid ekologis.
Membongkar Narasi dan Kuasa Media Global
Sesi berikutnya diisi oleh Dr. Maimon Herawati, akademisi dan jurnalis yang dikenal aktif dalam isu-isu literasi media. Dalam paparannya, ia mengulas narasi jahat media global dan mengajak peserta untuk lebih kritis terhadap informasi yang disebarkan oleh media arus utama.
Dr. Maimon mencontohkan bagaimana media besar seperti The New York Times memiliki simbol dan jaringan antarwartawan yang membentuk narasi tertentu dalam pemberitaan.
Ia mengingatkan pentingnya memahami siapa sebenarnya pihak yang menjadi lawan dalam pertarungan wacana global.
BACA JUGA:Mengenal BRIDGE OF WORDS, Gerakan Literasi Anak Jalanan Surabaya Bikinan Azkarana
Selain itu, Dr. Maimon menyoroti kondisi media di Indonesia yang masih sangat bergantung pada labelisasi dan citra. “Media di Indonesia sering kali mementingkan label. Label itu penting karena akan berpengaruh besar terhadap persepsi publik,” jelasnya.
Membangun Literasi Kritis dan Empatik
Seminar nasional ini menjadi ruang refleksi penting bagi seluruh anggota FLP tentang bagaimana literasi tidak hanya berurusan dengan teks dan karya, tetapi juga dengan kesadaran sosial dan tanggung jawab kemanusiaan.
Dengan semangat “Literasi untuk Kemanusiaan,” seminar ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran baru di kalangan penulis FLP untuk terus berkarya, berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan, dan mengembangkan literasi yang berdaya ubah kepada hal positif bagi masyarakat. (*)
*)Mahasiswa magang prodi Sastra Jerman Universitas Negeri Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber