Nobel Fisika 2025: Tuhan Mungkin Bermain Dadu

ILUSTRASI Nobel Fisika 2025: Tuhan Mungkin Bermain Dadu.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Rangkaian itut memungkinkan qubit, unit dasar informasi kuantum, berada dalam beberapa keadaan sekaligus, berbeda dengan bit klasik yang hanya 0 atau 1.
Dari penemuan itu, lahir komputer kuantum, yang mampu memproses jutaan kemungkinan secara bersamaan, menyelesaikan perhitungan kompleks yang membutuhkan ribuan tahun oleh komputer klasik hanya dalam detik atau menit.
Pencapaian tersebut menunjukkan kemampuan manusia menjinakkan alam semesta yang penuh ketidakpastian, sekaligus membuktikan bahwa misteri yang tampak mustahil perlahan bisa diuraikan melalui kreativitas dan ketekunan ilmiah.
University of Cambridge melahirkan dua ilmuwan besar dengan wajah pengetahuan berbeda. Newton menegaskan keteraturan dan kepastian alam semesta, sedangkan Clarke menyingkap dunia atom yang penuh ketidakpastian dan peluang.
Lewat rangkaian superkonduktor yang ia kembangkan, Clarke menjinakkan fenomena kuantum sehingga qubit dapat mempertahankan superposisi dan interferensi, membuka era komputer kuantum.
Dari sini terlihat, alam makroskopik tampak deterministik, tetapi di dunia atom segala sesuatu bersifat probabilistik. Barangkali, seperti yang disindir Bohr kepada Einstein, di ruang sunyi antara partikel dan gelombang, Tuhan memang mungkin bermain dadu dengan semesta.
Perbedaan antara Newton dan Clarke mengingatkan kita bahwa Tuhan sejati tak pernah sepenuhnya dapat dipahami oleh logika manusia. Ia terlalu akbar untuk dibatasi oleh rumus atau persamaan ciptaan manusia.
Seperti qubit yang bisa berada dalam beberapa kemungkinan sekaligus, Tuhan hadir dalam berbagai cara yang tak sepenuhnya bisa ditangkap pikiran manusia. Tuhan yang termanifestasi lewat ciptaan-Nya tetap menjadi misteri, terbuka untuk dimaknai melalui beragam pendekatan.
Dalam kebesaran-Nya yang maha hadir, manusia hanya bisa mengagumi, merenung, dan terus belajar, sambil mengingat peringatan Niels Bohr, ”Einstein, stop telling God what to do.” (*)
*) Daniel Rohi adalah dosen teknik elektro, Universitas Adi Buana Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: