Transformasi Pesantren Menuju Indonesia Emas 2045: Refleksi Hari Santri Nasional 2025
ILUSTRASI Transformasi Pesantren Menuju Indonesia Emas 2045: Refleksi Hari Santri Nasional 2025.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Bangunan asrama pesantren tradisional umumnya sederhana dan berisi banyak santri dalam satu ruangan. Kesederhanaan itu dianggap sebagai ciri khas dan sarana pembelajaran nilai-nilai kehidupan yang qana’ah (merasa cukup), gotong royong, dan ukhuwah.
Kini asrama pesantren mengalami transformasi desain dan fungsi. Bangunan asrama dirancang lebih layak, sehat, dan ramah belajar dengan konstruksi bangunan yang kokoh dan aman, tahan cuaca, serta bebas dari risiko runtuh.
Ventilasi dan pencahayaan cukup agar udara segar mengalir dan santri bisa belajar dengan nyaman. Kamar tidak terlalu padat, kamar mandi dan sanitasi bersih, tempat cuci dan area wudu yang terawat, serta akses air bersih dan listrik yang stabil.
Lebih dari itu, fungsi asrama kini bukan lagi sebatas tempat tidur, melainkan juga ruang pendidikan karakter. Di sinilah nilai-nilai kepemimpinan, kemandirian, tanggung jawab, dan spiritualitas dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Asrama transformatif menjadi wadah pelatihan soft skills santri, mulai keterampilan komunikasi, manajemen waktu, hingga literasi digital.
Masjid (musala) dan kitab kuning merupakan dua pilar yang menyempurnakan rukun pondok pesantren.
Kedua pilar tersebut tidak terpisahkan dalam kehidupan pesantren, di mana masjid (musala) sebagai ruang spiritual dan pembentukan karakter, serta kitab kuning sebagai sumber ilmu dan rujukan nilai. Keduanya menjadi roh kehidupan pesantren dan kini tengah memasuki era transformasi.
Masjid (musala) di pesantren tradisional lebih berfungsi sebagai tempat salat, zikir, dan mengaji. Santri menjadikannya ruang untuk menenangkan diri dan memperdalam ibadah.
Namun, seiring berkembangnya tantangan zaman, masjid (musala) pesantren kini bertransformasi menjadi pusat pembinaan karakter dan kepemimpinan santri, ruang literasi, dan refleksi serta pusat kegiatan sosial dan dakwah secara digital.
Kitab kuning merupakan ciri khas pesantren yang menjadi penanda identitas keilmuan Islam tradisional. Dalam konteks modern, pembelajaran kitab kuning tidak hanya berhenti pada aspek tekstual dan hafalan, tetapi dilakukan dengan pendekatan kontekstual dan kritis agar nilai-nilai dalam kitab kuning tetap relevan menjawab persoalan kontemporer.
Digitalisasi kitab kuning menjadi penanda transformasi pendidikan di pesantren. Melalui e-kitāb, terjemahan digital, dan pembelajaran berbasis aplikasi, kitab kuning klasik di pesantren dapat diakses lebih luas.
PESANTREN DAN INDONESIA EMAS 2045
Cita-cita Indonesia Emas 2045 berakar pada empat pilar, yaitu pembangunan sumber daya manusia unggul, pemerataan pembangunan dan penguatan ekonomi, ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan yang baik, serta kepemimpinan Indonesia dalam tatanan global.
Pesantren memiliki kontribusi langsung dalam empat pilar tersebut. Melalui pendidikan karakter dan spiritual, pesantren membentuk manusia unggul yang berintegritas. Melalui ekonomi berbasis komunitas, pesantren mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif.
Melalui keteladanan moral, pesantren memperkuat budaya pemerintahan yang bersih. Dan melalui dakwah moderat, pesantren memperkuat citra Islam Indonesia yang damai dan toleran di mata dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: