MBG dan Ambisi Generasi Emas 2045
ILUSTRASI MBG dan Ambisi Generasi Emas 2045.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Pertama, pengawasan mutu makanan harus lebih diperketat. Kasus keracunan karena konsumsi MBG telah menjadi bukti bahwa pemerintah luput mengawasi kualitas gizi. Menjadi ironi, makanan yang semestinya bergizi justru dapat meracuni.
Standar sanitasi dapur, sertifikasi penyedia, hingga audit berkala wajib ditegakkan agar anak-anak tidak menjadi korban.
Kedua, percepat tempo tidak berarti mengabaikan kualitas dan mutu layanan. Konon, SPPG di hampir semua daerah harus rampung pada bulan September 2025. Deadline yang diberikan pemerintah sebetulnya bertujuan baik, yakni mencegah adanya keterlambatan pelaksanaan.
Dengan memasang batas waktu, program itu diharapkan dapat berjalan secara serentak di semua daerah. Sayangnya, batas waktu itu mungkin saja menjadi bumerang. Bak Bandung Bondowoso yang mengejar penyelesaian proyek dalam waktu sesingkat-singkatnya, lantas kualitas dan mutu dikesampingkan.
Hal tersebut tentu harus diperhatikan pemerintah maupun SPPG agar makanan yang disajikan untuk anak-anak benar-benar sehat dan bergizi.
Ketiga, integrasi dengan pendidikan karakter tak kalah penting. Generasi emas bukan sekadar generasi yang sehat jasmani, melainkan juga kritis, berintegritas, dan peduli lingkungan.
Program gizi seharusnya disinergikan dengan pendidikan literasi, digital, dan etika sehingga menghasilkan manusia Indonesia yang unggul lahir dan batin.
Sejatinya, selama program pemerintah mengedepankan prinsip ”tepat guna dan tepat sasaran”, outcame yang dihasilkan akan dapat dirasakan manfaatnya secara riil oleh masyarakat.
Secara jangka panjang, program yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat tentu dapat mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045. Perlu diketahui juga bahwa mencetak generasi emas 2045 bukan sekadar soal memberikan makan gratis, melainkan menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat, adil, dan berkarakter.
MBG memang bisa menjadi pintu masuk, tetapi pintu itu harus dijaga dari kelemahan manajemen, risiko kesehatan, dan kebocoran anggaran.
Pemerintah dan masyarakat perlu bergandengan tangan agar MBG tak hanya gagah di tataran ide, tetapi juga perkasa di tataran realisasi. Generasi emas akan lahir dari rahim yang berani melakukan evaluasi, memberikan pengawasan yang ketat, dan berupaya menyeimbangkan antara kebutuhan fisik dan pembangunan karakter.
Tanpa modal itu, visi Indonesia Emas 2045 tak lebih dari mimpi indah yang kandas sebelum tiba waktunya. (*)
*) Anwar Ma’ruf adalah Guru besar Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: