Refleksi Hari Sumpah Pemuda 2025: Dua Wajah di Lini Masa, Potret Generasi Gelisah
ILUSTRASI Refleksi Hari Sumpah Pemuda 2025: Dua Wajah di Lini Masa, Potret Generasi Gelisah.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
RITUAL VISUAL yang senyap tetapi masif tengah berlangsung di ruang-ruang privat generasi muda Indonesia. Di lini masa TikTok dan Instagram, jutaan pemuda melakukan praktik budaya yang dikenal sebagai tren foto Gemini.
Praktik itu, yang menyandingkan dua citra diri yang kontras, sekilas tampak seperti hiburan sesaat. Namun, jika kita menelisiknya lebih dalam melalui kacamata antropologi, artefak-artefak digital tersebut menjelma menjadi data kebudayaan yang kaya.
Ia bukan sekadar tren, melainkan juga sebuah studi kasus tentang bagaimana identitas dirundingkan, dipertunjukkan, dan bahkan dilawan di tengah persimpangan antara tradisi lokal dan modernitas global.
BACA JUGA:Kemenpora Imbau Pengibaran Bendera Merah Putih di Hari Sumpah Pemuda ke-97
PANGGUNG DIGITAL: MEMPERTONTONKAN KRISIS IDENTITAS
Setiap kebudayaan memiliki caranya sendiri untuk menandai fase transisi. Masa muda adalah salah satunya, sebuah periode yang oleh psikolog Erik Erikson disebut sebagai ”krisis identitas”. Di fase itu, individu bergulat dengan pertanyaan fundamental tentang siapa dirinya.
Di era digital, pergulatan tersebut tidak lagi terjadi hanya di ruang privat, tetapi dieksternalisasi ke panggung publik bernama media sosial. Tren foto Gemini adalah manifestasi visual dari krisis tersebut: sebuah pengakuan publik bahwa ”diri” bukanlah entitas yang tunggal, melainkan plural dan sering kali paradoksal.
Praktik itu bisa dibaca sebagai bentuk dramaturgi, sebuah konsep yang dipinjam dari sosiolog Erving Goffman. Menurutnya, kehidupan sosial adalah serangkaian pertunjukan. Media sosial adalah front stage (panggung depan) utama bagi generasi ini, tempat mereka mengkurasi persona ideal.
BACA JUGA:20+ Ide Caption Hari Sumpah Pemuda 2025 yang Inspiratif untuk Media Sosial
BACA JUGA:Rekomendasi Playlist Lagu Bertema Pemuda dan Persatuan, Cocok untuk Rayakan Hari Sumpah Pemuda
Namun, keunikan tren Gemini terletak pada kemampuannya untuk menyeret elemen-elemen dari back stage (panggung belakang) –kerentanan, keanehan, atau sisi nonkonformis –ke tengah sorotan.
Dengan menampilkan dua sisi, mereka seolah berkata kepada audiens, ”ini adalah peran yang biasa kalian lihat, tapi ini juga diriku yang sebenarnya.” Itu adalah sebuah pertunjukan kejujuran radikal di tengah budaya citra yang serba terpoles.
GLOKALISASI IDENTITAS: RITUAL DI PERSIMPANGAN BUDAYA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: