'Purbaya Effect' Belum Terasa, Pengamat Sebut Ekonomi Masih Lesu Sampai Awal Tahun Depan

'Purbaya Effect' Belum Terasa, Pengamat Sebut Ekonomi Masih Lesu Sampai Awal  Tahun Depan

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa merespon soal tawaran PAN untuk bergabung ke dalam partainya-disway.id/Anisha Aprilia-

HARIAN DISWAY - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III (Q3) 2025 tercatat sebesar 5,04 persen secara tahunan (year-on-year). Angka ini mengalami penurunan dibandingkan Q2 2025 yakni sebesar 5,12 persen. 

Anda Sudah Tahu, Indonesia melakukan pergantian menteri keuangan pada Q3 tahun ini. Dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa. Purbaya yang dikenal telengas dan ceplas-ceplos langsung menerapkan sejumlah kebuijakan drastis. Salah satunya adalah stimulus ekonomi berupa gelontoran uang Rp200 triliun ke perbankan untuk memperlancar kredit dan menciptakan pertumbuhan. 

Purbaya sendiri berjanji bahwa dampak dari pertumbuhan ekonomi bisa dirasakan masyarakat pada akhir tahun 2025.

Meski demikian, ekonom belum yakni "Purbaya Effect" belum bisa terasa akhir tahun ini. Peneliti dari INDEF Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa kebijakan Purbaya masih belum terasa. Apalagi dengan adanya efisiensi anggaran. 

"Jadi kebijakan Purbaya baru bisa diuji di Q1 2026. Bahkan di bulan Desember efek injeksi Rp200 triliun ke bank negara masih terbatas. Karena penyaluran cepat tapi sektor usaha UMKM-nya belum terasa," kata Bhima pada Harian Disway.  

"Sekarang di Q3 masih dampak kebijakan Sri Mulyani bukan Purbaya," imbuhnya.  

BACA JUGA:Presiden Prabowo Hadiri KTT APEC 2025 di Korea Selatan, Tegaskan Komitmen Indonesia untuk Ekonomi Asia-Pasifik

BACA JUGA:Pemerintah Sebut Ekonomi Akhir Tahun Tumbuh Positif, Program Stimulus Ekonomi Berlanjut hingga 2026

Bhima mengungkapkan, hingga akhir tahun konsumsi rumah tangga diperkirakan masih melambat. "Kelas menengah nya (masih,Red) terjepit," katanya. 

Selain itu, ada faktor-faktor eksternal seperti tekanan dari perang dagang yang dilakukan oleh negara-negara ekonomi besar. "Terutama hasil final tarif indonesia dan AS belum selesai negosiasinya," kata Bhima. 

Dampak perang dagang bisa dilihat dari perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Ekonomi pada Q3 2025 di negeri tirai bambu melambat dibawah 5% atau hanya 4,8% yoy. "itu nanti pengaruhnya ke Penyertaan Modal Asing (PMA) hilirisasi mineral dan kinerja perdagangan," pungkas Bhima. 

Di sisi lain, angka 5,04 persen ini dinilai para ekonom sesuai dengan ekspektasi pasar, menandakan perekonomian nasional masih tumbuh solid di tengah perlambatan global.


Ekonom PermataBank, Faisal Rachman, mengatakan capaian tersebut sejalan dengan proyeksi yang telah dibuat sebelumnya dan sedikit di atas konsensus pasar. Ia menyebut, pertumbuhan itu menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia yang cukup baik, meski aktivitas konsumsi masyarakat mulai menurun setelah lonjakan pada kuartal sebelumnya.

“Pertumbuhan ini solid dan sesuai dengan perkiraan kami, sedikit di atas ekspektasi pasar,” ujar Faisal dikutip dari Antara. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: