Jawa Timur Syukuran atas Perjalanan Panjang Marsinah
PEMOTONGAN tumpeng sebagai wujud syukur atas penganugerahan gelar pahlawan kepada Marsinah atas perjuangannya untuk kaum buruh.-Moch Sahirol Layeli-
Bukan sekadar dokumentasi ulang, tetapi arsip otentik pemberitaan pada tanggal-tanggal kritis.
BACA JUGA:Inilah Besaran Tunjangan untuk Ahli Waris Pahlawan Nasional
BACA JUGA:Tiga Pahlawan Nasional Baru Asal Jawa Timur, Ini Daftarnya
Tim Penelitian dan Pengkajian Gelar Daerah (TP2GD) dari Jawa Timur harus mendatangi kantor-kantor media yang pernah memuat berita tentang Marsinah. Internet tidak menjadi solusi karena arsip digital tahun-tahun itu tidak lengkap.
Pencarian data pun menjadi perjalanan tersendiri. Mencari koran fisik, memeriksa halaman demi halaman, memastikan tidak ada informasi yang hilang.
Khofifah menyebut istilah yang menjadi pembeda dalam proses seleksi: MS dan TMS—memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat. Di sanalah data primer menjadi penentu.
“Sekuat-kuatnya monumen, data primer itu menjadi penguat dari proses pencalonan Pahlawan Nasional seorang ibu Marsinah,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa syarat seorang pahlawan bukan hanya rekam jejak perjuangan dan keteladanan, tetapi juga keabsahan data historis yang diverifikasi oleh berbagai pihak.

Foto Marsinah, pejuang buruh yang diangkat menjadi pahlawan nasional.-Moch Sahirol Layeli-
Di tengah keseriusan itu, Khofifah sempat menyelipkan humor tentang persyaratan bahwa pahlawan nasional harus sudah meninggal. Namun kalimat-kalimat ringan itu hanya menjadi jeda dari pembahasan yang lebih besar: bagaimana nilai perjuangan Marsinah perlu diteruskan.
Menurutnya, perjuangan hari ini tidak selalu dalam bentuk demonstrasi atau advokasi, tetapi bisa berupa upaya kolektif melawan kemiskinan, stunting, dan kebodohan.
“Harus sehat maka harus bergizi, jangan stunting. Harus sejahtera maka jangan miskin. Penuntasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif oleh kita semua,” katanya, menyambungkan spirit masa lalu dengan tantangan masa kini.
Ketika Marsini berdiri, ruangan Grahadi sejenak terasa lebih kecil. Ia berbicara dengan suara pelan, membawa keteguhan yang seperti diwarisinya dari sang adik. Ia mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Khofifah, Bupati Marhaen, Wakil Bupati Trihandy, serta Tim TP2GD yang bekerja hingga tingkat pusat.
“Semua ini berkat nama adik saya, Marsinah,” ucapnya. Ia juga menyampaikan penghargaan kepada serikat pekerja, lembaga daerah, hingga SPSI pusat yang mendampingi proses keluarga di Jakarta. Ia menutup sambutannya dengan harapan sederhana: agar perjalanan perjuangan Marsinah tidak berhenti di ruang penghargaan.
Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi dalam sambutannya menyoroti peran daerah dalam mempercepat proses pengusulan. Menurutnya, sambutan Presiden Prabowo saat penganugerahan menjadi pemantik bagi energi kolektif.
Pada 2 Mei, Pemkab Nganjuk langsung membentuk TP2GD dengan lima dokumen penting yang harus disiapkan. Marhaen mengaku turun langsung karena memahami beban sejarah yang dibawa nama Marsinah. Ia bahkan menyebut bahwa tim Istana menilai dokumen Nganjuk sebagai yang paling lengkap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: