Pegawai Toko HP di Bandung Dibantai Perampok: Mereka Kepergok di Toilet

Pegawai Toko HP di Bandung Dibantai Perampok: Mereka Kepergok di Toilet

ILUSTRASI Pegawai Toko HP di Bandung Dibantai Perampok: Mereka Kepergok di Toilet.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Lalu, saya mendengar dentuman keras. Saya melihat ke luar jendela kamar tidur. Tampak seorang pria bertudung mendobrak pintu belakang. Saya berteriak mengusirnya. Namun, ia malah memaki saya dan terus menggedor pintu.

Saya berlari ke bawah, mengambil telepon, dan membawanya ke dapur. Saya menghubungi layanan darurat 999. Butuh beberapa detik tersambung.

Mendadak, sebuah pukulan keras membuat kusen pintu terkoyak, dan penjahat itu masuk. Ia membawa tongkat bisbol. Telepon saya jatuhkan meski petugas 999 sudah merespons. Saya lari ke ruang tengah.

Saya menuju lemari di bawah tangga. Ada banyak peralatan berkebun di sana yang mungkin berguna. Tapi, kebetulan saya melihat koleksi pedang-pedang Inggris kuno. 

Panjang pedang itu sekitar 40 inci (semeter). Tampak menakutkan. Kuharap, penjahat melihatnya saja sudah kabur.

Ternyata saya dan penjahat berhadapan. Ia memasuki dapur dari sisi yang berlawanan dengan saya. Ia mengacungkan tongkat ke saya. Matanya liar, mungkin ia memakai narkoba. 

Pedang kuangkat tinggi. Ia ternyata berbalik dan lari ke arah ia datang. Hatiku lega. Sudah aman. Namun, saya tidak mungkin menutup pintu belakang karena sudah rusak.

Saya berlari ke taman untuk memastikan ia sudah pergi. Tak terduga, mendadak ia menyerang saya dengan tongkatnya. Saya tangkis dengan pedang. 

Ia gila. Ia tetap menyerang saya meski saya membawa pedang. Terpaksa saya terus menangkis serangannya. Sesekali saya pura-pura hendak menusuknya.

Perkelahian terus berlanjut. Bermenit-menit. Saya terus merunduk dan menangkis pukulan-pukulan yang beringas itu. Saya berusaha maju, mendesaknya menjauh dari rumah. 

Beberapa menit, saya mulai berpikir, ia pasti akan menyadari, saya tidak bermaksud menyakitinya. Lalu, apa yang harus saya lakukan? Lama-lama saya kelelahan.

Akhirnya ia mundur, lalu pergi. Hatiku lega. Tidak ada yang terluka. 

Aku berjalan hendak masuk rumah. Sambil memikirkan cara menutup pintu belakang. Tahu-tahu dari arah belakang saya mendengar orang berlari. Ternyata penjahat itu balik lagi.

Ia berlari cepat. Saya takut meski membawa pedang. Saya takut, pedang ini mungkin akan membunuhnya.

Tapi, tak ada waktu untuk berpikir. Ia sudah di depanku. Ia menyerang dengan tongkatnya. Kali ini serangannya mematikan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: