Oud Soerabaja Hunter: Para Pemburu Bangunan Tua di Surabaya yang Rutin Bersihkan Gedung Singa
OUD SOERABAJA HUNTER membersihkan Gedung Singa sambil berbagi nostalgia.-Afif Siwi-Harian Disway-
HARIAN DISWAY - OSH Clean Day menjadi rutinitas Disatya Febriary dan enam temannya. Aktivitas di bangunan tua dan cagar budaya ternyata efektif untuk mendatangkan massa. Terutama, mereka yang mencintai sejarah.
Febri mengatakan bahwa para peserta OSH Clean Day biasanya lalu kepo. Mereka banyak bertanya tentang asal mula gedung, fungsinya di masa kolonial, hingga desain dan struktur bangunan yang menarik. Itu membuat aktivitas bersih-bersih serupa dengan wisata cagar budaya.
Ada yang menjelaskan tentang arsitektur bangunan. Ada pula yang menerangkan tentang desain interior dan ornamen-ornamen di sana.
“Oud Soerabaja Hunter atau OSH ini bukan komunitas sejarah, apalagi penjelajah wisata,” ungkap Febri. Karena aktivitas mereka tak pernah jauh dari bangunan tua, monumen bersejarah, dan tempat-tempat yang pernah penting pada masanya, Febri sepakat timnya disebut pemburu bangunan tua.
BACA JUGA:4 Golongan Cagar Budaya di Surabaya dan Cara Pelestariannya
BACA JUGA:Polemik Pembongkaran Gedung di Jalan Raya Darmo 30, TACB Tegaskan Bukan Cagar Budaya!

GEDUNG SINGA menyimpan nostalgia Surabaya era kolonial. Patung singa dan mozaik porselen pada fasad gedung menjadi penanda keklasikannya.-Afif Siwi-Harian Disway-
Kepada Harian Disway yang menemuinya Kamis, 13 November 2025, Febri mengenang kembali awal mula terbentuknya OSH. “Saya pertama kali jalan sendiri mulai April 2021, waktu itu akun Instagramnya masih belum bernama Oud Soerabaja Hunter, tetapi Oud Soerabaja Phonetograph,” ujar Febri.
Seiring berjalannya waktu, Febri bertemu teman-teman yang kini menjadi bagian dari timnya di OSH. “Saya kemudian memilih beberapa orang untuk menjadi tim dan mengganti namanya jadi Oud Soerabaja Hunter pada 13 Desember 2021,” terangnya.
Oud artinya lama atau tua. Soerabaja mengacu pada tulisan atau ejaan lama dari Surabaya. Sementara itu, hunter adalah kosakata Bahasa Inggris yang berarti pemburu. Jika dirangkai, maknanya menjadi pemburu bangunan tua di Surabaya.
Sesuai namanya, kegiatan-kegiatan OSH pun tidak jauh dari Kota Tua. Aktivitas utamanya adalah menjelajah dan mempelajari sejarah bangunan-bangunan kolonial di Surabaya.
Febri menyatakan bahwa timnya terdiri dari pembuat konten, pengelola keuangan, pendaftaran, sampai penyusun rundown penjelajahan bangunan kolonial.
“Kami pernah dihubungi orang-orang Belanda untuk bantu cari rumah ayah dan ibunya di sini. Tetapi, sejak orang Belanda meninggalkan Indonesia, rumah-rumah itu kosong. Jadi, untuk sekarang, kebanyakan sudah ditinggali orang Indonesia,” kata Febri.
Setiap berkegiatan, tim media sosial (medsos) OSH selalu melakukan posting ulang unggahan dari story Instagram para peserta maupun followers yang dinamakan Hunter.
Mulanya kegiatan OSH hanya berlangsung di Surabaya. Tetapi, sekarang tim OSH juga menjelajahi bangunan tua di kota lainnya, seperti Probolinggo, Lumajang, Madiun, Malang, dan lain-lain. Kegiatan penjelajahan bangunan tua oleh OSH dilaksanakan sebulan sekali.
BACA JUGA:Johan Silas: Pelestarian Cagar Budaya di Surabaya itu Penting
BACA JUGA:Grha Wismilak Sering Jadi Percontohan Bangunan Cagar Budaya, Penghargaan Berderet-deret
Tepat 19 Oktober 2025, timnya mengadakan OSH Clean Day untuk edisi Gedung Singa yang terletak di Jalan Jembatan Merah. “Gedung Singa adalah bangunan tercantik menurut kami di Surabaya. Jadi, kami berinisiatif untuk membersihkannya,” terang Febri.
Acara tersebut dimulai pukul 08.00 WIB dan diikuti oleh 30 peserta. Saat mengunjungi gedung itu, Febri mengaku merasa kagum dan terharu.
Menurut perempuan yang berperan sebagai tour guide kelompok OSH Clean Day itu, desain pada Gedung Singa membawa para pengunjung ke nostalgia masa lalu.
“Ini karya Hendrik Petrus Berlage. Ia adalah masterpiece arsitek pada saat itu. Dulu, gedungnya dikenal dengan nama Algemeene dan didirikan pada 1901. Lalu, sempat dikelola oleh asuransi Jiwasraya. Saya dengar dari penjaga Gedung Singa, sekarang pengelolanya IFG Life,” papar Febri.
BACA JUGA:Hapus Cap Malas Jalan Kaki, UMM dan Komunitas History Fun Walk Gelar Menapak Sejarah Kolonial
BACA JUGA:Gedung Cak Durasim, Kenang Semangat Juang Seniman Ludruk Era Kolonial

DISATYA FEBRIARY menerangkan tentang OSH Clean Day yang menjadi program rutin kelompoknya pada Kamis, 13 November 2025.-Afif Siwi-Harian Disway-
Karya Berlage di Indonesia ada dua. Yang pertama adalah Gedung Singa yang terletak di Surabaya. Sedangkan, yang satu lagi ada di kawasan Kota Tua Jakarta. Karya-karya Berlage lainnya ada di Eropa.
Febri mengatakan bahwa pernah ada kelompok yang menggemari karya Berlage lantaran begitu menariknya desain bangunan itu. “Kelompok mereka lalu membuat akun Instagram khusus dengan nama @berlagedinusantara. Isinya membahas Gedung Singa juga,” imbuhnya.
Gagasan Pelestarian Gedung Singa di Kota Surabaya melalui Revitalisasi menuliskan bahwa Gedung Singa didirikan pada 1901 dengan nama De Algemeene Lijf-en Levensverzekeringsmaatschappij. Fungsinya sebagai gedung perusahaan asuransi milik Belanda.
“Menariknya aristektur Gedung Singa itu, kalau memasuki bagian depan, kita tidak bisa masuk ke bawah. Tangga yang berada di dekat pintu masuk langsung mengarahkan kita ke bagian lantai atas. Untuk bisa mencapai lantai bawah harus turun dulu dari lantai atas,” terang Febri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: