Grha Wismilak Sering Jadi Percontohan Bangunan Cagar Budaya, Penghargaan Berderet-deret
Bentuk ikonik Grha Wismilak yang kini disegel polisi.-Julian Romadhon-Harian Disway-
Perlu kesungguhan dan kehati-hatian dalam merawat bangunan cagar budaya. Apalagi yang usianya sudah lebih dari satu abad seperti Grha Wismilak. Bangunan itu pun terbukti tetap bersinar dengan tetap mempertahankan orisinalitasnya.
BANGUNAN cagar budaya itu sangat mentereng. Bahkan telah lama menjadi salah satu ikon di jantung Kota Surabaya. Tepatnya di Jalan Raya Darmo nomor 36-38.
Temboknya masih amat kukuh. Menjulang tinggi di antara bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Bagian dalamnya pun masih terawat dengan baik.
Daun pintu dan jendela berukuran tinggi. Khas bangunan kolonial. Apalagi jika naik ke lantai dua. Pengunjung bisa merasakan betapa kuat nuansa masa silam di sana.
BACA JUGA : Berikut Kronologi Jual Beli Grha Wismilak
Nyaris semua benda masih otentik. Lawas. Berasal sejak era kependudukan Belanda hingga Jepang di Surabaya. “Kami merawat Grha Wismilak ini sudah 30 tahun,” ujar Ketua Yayasan Wismilak Foundation Henry Najoan saat ditemui di kantornya Jalan Raya Darmo, Selasa, 15 Agustus 2023.
Bahkan tak sekadar dirawat. Tetapi juga difungsikan dengan optimal. Terutama sebagai lokasi berbagai kegiatan seni dan budaya. Atau menerima kunjungan-kunjungan dari para pencinta sejarah.
BACA JUGA:Menempati Cagar Budaya, Pengelola Grha Wismilak Rela Keluar Ongkos Besar untuk Perawatan Gedung
Mulai mahasiswa, pelajar sekolah, sejarawan hingga para pejabat. Baik dalam maupun luar negeri. Mereka berkunjung hanya untuk belajar dari masa silam.
Pameran dan penghargaan untuk Grha Wismilak.-Grafis: Annisa Salsabila-Harian Disway-
Yang bergengsi pada 2011. Grha Wismilak menjadi tempat pertemuan Wali Kota Utrecht Mayor Jan van Zanen, Coordinator Unit African Union Mr William Mudde Walaga, dan partisipan The Third Session Sustainable Urban Development.
Selain itu, Grha Wismilak pun langganan menjadi lokasi pameran bertema seni dan budaya. Bahkan dari seniman sketsa ternama seperti mendiang LK Bing dan Sudarman Angir. Gedung itu menjadi tempat ternyaman bagi mereka untuk melangsungkan berbagai kegiatan.
Sederet penghargaan pun diraih oleh para pengelola. Dalam hal ini PT Gelora Djaja alias Wismilak. Di tangan mereka, bangunan cagar budaya kelas A ini dipelihara dengan sangat baik.
Hasilnya diakui oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sempat diajukan sebagai warisan cagar budaya ke UNESCO Asia Pasifik pada 2011 silam. Meski kemudian ditolak karena belum memenuhi persyaratan.
“Sejak saat itu Grha Wismilak sering dijadikan percontohan bangunan cagar budaya,” terang Henry. Pihaknya sering diundang di berbagai forum sejarah dan kebudayaan. Diminta berbagi cara merawat bangunan cagar budaya.
Sebab, memang tak mudah merawat sebuah bangunan kolonial. Tak boleh diperlakukan secara serampangan. Agar semua ornamen tetap terjaga seperti sedia kala.
BACA JUGA:Sejarah Grha Wismilak, Gedung yang Disita Polda Jatim
Perawatannya harus hati-hati. Wismilak pun kerap melibatkan para pakar cagar budaya. Bahkan menyediakan tim audit khusus dari eksternal. Yang bertugas mengecek bangunan secara rutin. Tentu, agar tidak mengurangi otentisitas dan nilai historis bangunan.
Sistem pengamanannya juga super ketat. Terutama sistem pemadam kebakaran. Harus siap siaga setiap saat. Untuk itu, sistem hidran dipisahkan dengan operasional gedung.
Tersedia genset yang memadai. Dan cadangan air yang terpisah dari gedung. “Sistem itu juga ditiru oleh pemkot. Persis setelah Balai Pemuda kebakaran tahun 2011. Mereka lalu belajar sistem hidran dari Grha Wismilak,” terang Anton Teguh dari divisi People & culture Wismilak.
Anton Teguh dari Divisi People & Culture Wismilak (kiri) menjamu Wali Kota Utrech Jan van Zanen pada Juli 2016. -Grha Wismilak untuk Harian Disway-
Tentu saja, semua ongkos perawatan itu tak murah. Bahkan lebih mahal dari biaya pembangunan gedung baru bagian belakang. Tetapi, itu tak menjadi hambatan bagi Wismilak untuk memelihara bangunan cagar budaya.
Sebagaimana pesan yang dititipkan mendiang Willy Walla sejak membelinya pada 1993 silam. Bahwa gedung ini tak boleh hanya sekadar dipakai. Ia ingin Grha Wismilak “dihidupkan” agar bisa mengisahkan masa silam ke generasi baru.
Tetapi, cita-cita itu pun kini seperti ambang batas. Tepat setelah Polda Jatim menyegel Grha Wismilak secara ujug-ujug pada Senin, 14 Agustus 2023. Entah bagaimana nasib gedung bersejarah itu kelak.
Apakah keinginan Willy Walla itu tetap terjaga? Atau justru bangunan itu dihuni oleh pihak lain yang kelak kurang bisa merawat. Dan kemudian menutup pintunya untuk publik. “Kami sangat sedih dan menyayangkan. Sudah nggak bisa berkata-kata lagi atas peristiwa ini,” terang Anton. (Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: