Citizen Science dan Momentum Akselerasi BRIN
ILUSTRASI Citizen Science dan Momentum Akselerasi BRIN.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
PELANTIKAN Prof Arif Satria sebagai kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 10 November 2025 memberikan harapan baru bagi ekosistem sains Indonesia. Dalam pernyataannya, ia menegaskan pentingnya riset dan inovasi yang berdampak langsung pada tiga poros kehidupan bangsa: pangan, energi, dan air.
Arah itu penting. Sebab, Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam kapasitas risetnya. Global Innovation Index 2025 menempatkan Indonesia di peringkat ke-55 dari 139 negara, dengan anggaran riset hanya 0,2 persen PDB. Itu jauh di bawah rata-rata dunia (2,67 persen) (World Bank, 2025).
Jumlah peneliti Indonesia pun baru sekitar 395 per sejuta penduduk, sedangkan Singapura sudah mendekati 8.000 (UNESCO, 2025). Fakta itu menunjukkan bahwa kapasitas riset nasional belum berbanding lurus dengan potensi demografi dan ekonomi sehingga perlu strategi baru yang lebih inklusif, partisipatif, dan berbasis kolaborasi publik atau yang dikenal sebagai citizen science.
BACA JUGA:BRIN Siap Kawal Program Prioritas Prabowo di Bidang Pangan, Energi, dan Air
BACA JUGA:Prof. Arif Satria Resmi Pimpin BRIN, Fokus Kuatkan Riset dan Inovasi Nasional
Seperti dikatakan Thomas Kuhn (1962) dalam The Structure of Scientific Revolutions, setiap kemajuan sains dimulai dari ”pergeseran paradigma”, dan kini saatnya paradigma riset Indonesia bergeser dari eksklusivitas menuju inklusivitas.
DARI RISET ELITIS MENUJU RISET PARTISIPATIF
Selama ini riset di Indonesia cenderung elitis dan berjarak dari publik. Kolaborasi riset internasional baru sekitar 27 persen dari total seluruh publikasi ilmiah, dengan keterlibatan warga yang masih minimalis (Scimago, 2024).
Padahal, sejarah menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat sering menjadi katalis inovasi. Carl Sagan pernah menulis, ”sains bukan hanya kumpulan pengetahuan, melainkan juga cara berpikir.”
BACA JUGA:Prof Arif Satria, Rektor ITB yang Baru Dilantik sebagai Kepala BRIN
BACA JUGA:Pemprov Jatim Raih Penghargaan Dari BRIN Kategori Penyelesaian Masalah Daerah
Ketika warga dilibatkan dalam proses pengamatan, pencatatan data, atau analisis sederhana, mereka tidak sekadar bisa membantu para periset, tetapi juga turut belajar berpikir secara ilmiah, penuh skeptisisme, terbuka, dan diliputi rasa ingin tahu.
BRIN, dengan jejaring risetnya, sesungguhnya berada pada posisi strategis untuk mendorong citizen science dan menjembatani warga dengan komunitas ilmiah di berbagai bidang.
Pasca pelantikan, Prof Arif juga menekankan pentingnya konsolidasi horizontal dan vertikal yang melibatkan kementerian/lembaga terkait, termasuk pemerintah daerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: