Ketika Game-Game Indie Mengalahkan Game Triple A, Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
Hollow Knight Silksong, game indie yang dinanti para gamer. --Rogallylife
Tetapi Stardew Valley terjual lebih dari 30 juta kopi. Angka yang membuat banyak studio besar malu. Gameplay-nya sederhana, tetapi kontennya luas. Ia tidak memanjakan mata, namun memanjakan hati. Sementara Undertale mengambil jalan berbeda.
Memadukan humor jenaka, dialog menusuk, dan sistem pertarungan unik yang lebih banyak bermain di perasaan daripada berfokus pada gameplay. Game ini laris dan menjadi fenomena budaya pop. Bahkan musiknya saja sudah diputar miliaran kali.
Fenomena ini membuka mata terhadap satu kenyataan: Gamer hari ini tak terlalu butuh grafik ciamik atau dunia yang megah, mereka mencari pengalaman.
BACA JUGA:7 Game Indonesia yang Mendunia, Dari DreadOut hingga Space for The Unbound
BACA JUGA:Kisah Mojiken Studio, Pengembang Asal Surabaya Menciptakan Gim Kelas Dunia

A Space to The Unbound adalah pembuktian bahwa game lokal bisa mendunia dan dikenal karena kelokalannya--Steam
Para gamer mencari sesuatu yang emosional, adiktif, atau setidaknya membuat mereka lupa waktu. Karena pada akhirnya, grafik bisa ditiru. Teknologi bisa dibeli. Tetapi gameplay? Itu adalah jiwa. Dan jiwa tidak bisa dibeli.
Beberapa game Indonesia juga membuktikan hal ini. A Space for the Unbound adalah salah satu bukti paling nyata. Game ini tidak bersandar pada grafik fotorealistik, tetapi pada narasi yang kuat dan estetik pixel art yang rapi.
Dunia, karakter, dan emosinya disulam dengan sangat hati-hati. Hasilnya? Mendunia. Dipuji di mana-mana. Begitu pula dengan Coffee Talk, karya dari Toge Productions. Game yang berhasil masuk radar internasional karena atmosfernya yang menenangkan. Bukan karena tampilan wow ala Hollywood.
Dari semua ini, ada pelajaran penting bagi pengembang game Indonesia. Fokuslah pada gameplay dan konten. Grafik memang penting, tetapi bukan segalanya. Dunia telah membuktikan bahwa pemain lebih menghargai game yang punya hati.
BACA JUGA:Galagak, Game Deckbuilding Buatan Mahasiswa Universitas Negeri Padang yang Membahas Soal Iklim
Dunia pun seakan berkata: "Tak perlu menjadi raksasa untuk menjadi besar." Ketika game indie bisa menembus pasar dunia, itu berarti kreativitas masih menjadi mata uang paling kuat dalam industri ini.
Pada akhirnya, game indie mendominasi bukan karena mereka besar. Tetapi justru karena mereka kecil. Mereka fleksibel. Mereka jujur. Mereka berani mengambil risiko yang tidak bisa dilakukan studio raksasa, karena mereka tidak terikat oleh investor yang menuntut keuntungan cepat.
Di saat dunia gaming sedang terpuruk karena ambisi berlebihan, game indie muncul sebagai pengingat. Bahwa video game adalah tentang cerita, petualangan, dan pengalaman. Bukan sekadar angka atau grafik. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: