Mendikdasmen Persilakan Sekolah Pakai K-13 atau Kurikulum Merdeka

Mendikdasmen Persilakan Sekolah Pakai K-13 atau Kurikulum Merdeka

Mendikdasmen RI Abdul Mu'ti di Rakernas-5 Dewan Pendidikan Provinsi se-Indonesia di Surabaya -Boy-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti memastikan kementeriannya tak ingin melakukan perubahan kurikulum nasional lagi.

Statmen itu disampaikan Mu’ti saat menghadiri Rakernas Dewan Pendidikan Provinsi se-Indonesia di Surabaya, Kamis 20 November 2025 siang. Ia bahkan membebaskan sekolah untuk memilih kurikulum yang ada. 

”Bisa memakai kurikulum K-13 atau kurikulum merdeka. Silakan,” katanya saat memberi sambutan. Sebab, yang terpenting saat ini adalah sekolah mampu memberikan pendalaman materi belajar. 

Yang terpenting, saat ini kata Mu’ti adalah pendidikan kualitatif. Bukan sekadar pendidikan kuantitatif yang tak memiliki dampak secara signifikan pada anak. 

BACA JUGA:Program Deep Learning Kemendikdasmen Dinilai Baik, Surveinya 75,1 Persen

BACA JUGA:Mendikdasmen Abdul Mu’ti: TKA Tetap Jalan 3–9 November, Petisi Tak Akan Ubah Keputusan

Mu’ti menilai, saat ini pendidikan kuantitatif itu tampak dari hasil penilaian siswa dalam rapor. Sejak penilaian siswa diserahkan ke sekolah masing-masing, banyak guru memberikan sedekah nilai pada anak didiknya. 

Problem itu, membuat penilaian tak memiliki tolok ukur jelas. ”Bahkan tak hanya sedekah, penilaian itu kadang atas dasar syafaat (catatan: merujuk kata syafa'at, yakni otoritas yang dimiliki Nabi Muhammad untuk menolong umatnya yang berdosa,Red),” celetuk Mu’ti disambut tawa peserta. 

Kondisi itu, kata Mu'ti tak hanya terjadi di jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Tapi juga sampai perguruan tinggi. Ia pernah menjadi dosen penguji mahasiswa S1. Yang saat ditanya skripsi sendiri tidak paham. 

Untuk itu, Kemendikdasmen saat ini juga telah menginisiasi tes kemampuan akademik (TKA) secara nasional. Meski tak wajib bagi siswa, setidaknya hasil tes itu bisa dipakai untuk membaca ketuntasan kurikulum yang diajarkan di sekolah. 

Di rakernas itu, Mu’ti juga titip pesan singkat. Soal apa saja yang diperkuat dalam pendidikan di sekolah saat ini. Setidaknya, ada tujuh masalah yang kini dihadapi dalam sistem pembelajaran di sekolah. 

Dari tujuh masalah itu, dua di antaranya problem olah raga dan gemar belajar. Mu’ti mendorong agar sekolah memperkuat dua sektor itu.”Mari kita memperbaiki dengan kebiasaan-kebiasaan baik. Untuk menciptakan pendidikan berkarakter yang kuat,” katanya.(*)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: