Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (89): Racikan Pesona Opera Beijing

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (89): Racikan Pesona Opera Beijing

KOSTUM RAJA untuk pementasan Beijing Opera. Warna dan simbolnya dipertahankan sejak lama.-Doan Widhiandono-

Di satu meja rias, kuas-kuas cat wajah tersusun rapi. Asyik! Kami boleh menjajal rias itu.

Filomeno Martins, kawan saya dari Timor Leste, mencoba riasan Sun Wukong. Ia duduk, wajahnya dipoles merah-putih-hitam.

BACA JUGA:Tiongkok Peringatkan Warganya Hindari Jepang Setelah Ketegangan Diplomatik Soal Taiwan

BACA JUGA:Sentuhan Restorasi di Situs Sangxidui, Tiongkok, Bangkitkan Kejayaan Masa Lalu Sichuan

Hasilnya begitu mencolok. Sangat oke. Sampai ia memutuskan tidak menghapusnya hingga tiba di apartemen!

Teater itu memang menyiapkan sesi pemahaman tradisi untuk rombongan kami. Beijing Opera, bagi mereka, bukan sekadar atraksi budaya yang siap dijual kepada wisatawan. Ia cermin sejarah Tiongkok: perubahan politik, selera publik, bahkan tragedi nasional.

Jingju Theater Company sendiri punya akar panjang. Cikal-bakalnya berdiri pada 1955 melalui Peking Opera Theater Troupe of Beijing. Mereka pernah mementaskan Hai Rui Dismissed from Office. Itulah drama yang belakangan dianggap sebagai katalis Revolusi Kebudayaan.

Pada 1979, perusahaan teater itu dibentuk ulang dengan format yang lebih modern. Namun inti tradisi tetap dipertahankan.

Berbagai sumber menyebut bahwa mereka memiliki lebih dari 460 pegawai tetap. Sebagian besar bekerja di balik panggung: penata kostum, pelatih vokal, pembuat properti, pemusik, koreografer, hingga pengatur cahaya.


HARIAN DISWAY menjajal kostum bangsawan yang biasa dipakai untuk Opera Beijing.-Dokumen Pribadi-

Sore itu, kami juga diberi kesempatan memegang kostum asli. Bahkan mencobanya.

Teksturnya tebal namun lentur. Sulamannya halus. Saya pun tak melewatkan kesempatan menjajal sebuah jubah berwarna ungu. Jubah khas kaum berada. Tapi bukan bangsawan kerajaan tingkat tinggi. Tak mengapa. Yang penting, berada…

Puas menjajal kostum dan rias, kami pun diberi suguhan pentas opera. Hanya penggalan. Bukan kisah utuh yang harus disajikan dalam durasi panjang.

Tiga petikan klasik disajikan sore itu itu: The Red Lantern, The Great Immortal Herb Robbery, dan Farewell My Concubine. Repertoar berbeda, tema berbeda, namun energi yang sama: presisi, warna, dan gerak baku yang telah ditempa oleh waktu… (*/bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: