Padel, Olahraga Sosial Baru Masyarakat Surabaya
ILUSTRASI Padel, Olahraga Sosial Baru Masyarakat Surabaya.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
DALAM beberapa tahun terakhir, padel –olahraga raket yang merupakan perpaduan antara tenis dan squash– telah menjadi tren di berbagai kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Lapangan padel bermunculan di pusat-pusat urban, dari Jakarta hingga Surabaya.
Dalam perkembangannya, padel tidak hanya menjadi tren kebugaran baru, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial dan budaya masyarakat modern. Kini padel lebih dari sekadar aktivitas fisik. Ia juga menjadi bagian dari gaya hidup, simbol status sosial, dan arena interaksi sosial yang kompleks.
Surabaya, dengan karakter sebagai kota pelabuhan besar dan pusat bisnis di Jawa Timur, menjadi laboratorium sosial menarik untuk melihat bagaimana padel tumbuh, bagaimana masyarakat meresponsnya, dan apa implikasi budaya serta sosialnya.
BACA JUGA:Olahraga Baru Ini Lagi Viral, Kamu Tim Padel atau Tim Pickleball?
BACA JUGA:Bangun Lapangan Padel dan Mini Soccer di THR, DPRD Surabaya: Perlu Survei!
Bukan kebetulan, itu menunjukkan bahwa padel punya ”nilai simbolis” tertentu. Bermain padel di klub-klub sambil memosting aktivitas tersebut di media sosial menjadi bagian dari strategi simbolis untuk menunjukkan ”kecanggihan” atau koneksi global.
Padel diminati banyak kelas menengah-atas di perkotaan yang memiliki akses terhadap fasilitas premium. Kegiatan itu sering dikaitkan dengan status sosial, jaringan profesional, serta citra diri urban yang aktif, modern, dan eksklusif.
Selain itu, padel membuka ruang interaksi sosial baru lintas sektor, baik antarprofesional, komunitas ekspatriat, hingga selebritas. Di sana, olahraga menjadi sarana kapital sosial, yaitu jaringan dan koneksi yang dibangun melalui pertemuan informal namun strategis.
BACA JUGA:Eks Kolam Renang THR Mau Disulap Jadi Arena Mini Soccer dan Padel, Ini Alasannya!
BACA JUGA:Padel Fever 2025: Olahraga Raket yang Jadi Gaya Hidup Baru
Dalam konteks ini, padel bukan hanya soal olahraga, melainkan juga bagian dari ”konsumsi gaya hidup” yang memengaruhi cara individu memosisikan diri di tengah kota yang kompetitif. Hal itu sejalan dengan teori Pierre Bourdieu tentang habitus dan distinction, yakni pilihan aktivitas mencerminkan modal budaya dan sosial seseorang.
PRODUKSI DAN KONSUMSI RUANG KOTA
Lapangan padel dengan pagar kaca, view panoramik, dan area privasi (tidak di jalan umum) memberikan pengalaman bermain yang berbeda dari olahraga publik seperti sepak bola atau senam yang sering di ruang terbuka umum.
Fenomena padel juga mengubah cara kota memproduksi dan mengkonsumsi ruang. Banyak lapangan padel dibangun di area strategis: atap gedung perkantoran, area komersial, atau pusat kebugaran eksklusif. Itu menunjukkan bagaimana ruang kota menjadi arena privatisasi dan komodifikasi, hanya dapat diakses oleh kelompok tertentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: