Wacana Cap Khusus untuk Game yang Dibuat oleh AI Picu Perdebatan Panas Para Gamer dan Pengembang

Wacana Cap Khusus untuk Game yang Dibuat oleh AI Picu Perdebatan Panas Para Gamer dan Pengembang

Arc Riders adalah salah satu gim yang menggunakan AI dalam produksinya. --gematsu

Aturan ini mencakup syarat developer harus menjelaskan bagian mana dari gim yang menggunakan AI. Serta memastikan bahwa seluruh aset AI tidak melanggar hak cipta.

Itch.io menegaskan bahwa proyek yang menggunakan model yang dilatih dengan data curian atau tanpa izin dapat dihapus dari platform. Kebijakan ini dibuat untuk menjaga etika kreatif dan memberi pemain kejelasan penuh mengenai proses produksi karya digital tersebut.

Di sisi lain, pandangan Sweeney sejalan dengan opini CEO Nexon, Junghun Lee. Ia menyebut bahwa penting untuk mengasumsikan setiap perusahaan gim kini menggunakan AI.

Pernyataan tersebut muncul setelah kontroversi Arc Raiders dari Embark Studios yang menggunakan AI untuk pengisi suara. Tentunya itu memicu kritik keras dari sebagian pemain.

BACA JUGA:Kampanye Call of Duty: Black Ops 7 Tak Bisa Dijeda, Pemain Protes Fitur Baru yang Kontroversial

BACA JUGA:Ubisoft Tunda Laporan Fiskal, Pertanda Kondisi Keuangan di Ujung Tanduk?


Akankah ada masa ketika AI bisa membuat game bagus? --youtube

Namun terlepas dari diskusi panas itu, ada hal lain yang menarik. Isu AI di industri game mulai memudar. Hitam-putihnya sebuah proses produksi game kian menghilang. Sebagian besar komunitas terutama pemain dan beberapa pengembang memang muak melihat visual atau voice-over AI yang dipakai sebagai jalan pintas murah.

Tetapi pada saat yang sama, developer lain sangat menerima teknologi AI itu. Bahkan alat semacam itu justru dipuji karena "meningkatkan produktivitas pengembang", padahal masih banyak seniman pengisi suara berbakat di luar sana.

Inilah titik paling menarik dari debat tersebut. Dua pihak terbelah. Ada perusahaan besar mendorong AI sebagai pendorong masa depan, ada sebagian kreator mengibarkan bendera perang.

Publik kini berada di tengah kondisi yang jauh lebih kompleks. Di satu sisi AI membantu proses produksi, sedangkan yang lain menganggap AI membabat lahan pekerjaan manusia.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: