Pameran Tunggal Keempat Anang Prasetyo Tak Sengguh Kemanten Anyar, Sajikan Ruang Kontemplatif Petani Jiwa

Pameran Tunggal Keempat Anang Prasetyo Tak Sengguh Kemanten Anyar, Sajikan Ruang Kontemplatif Petani Jiwa

Suasana pameran tunggal keempat Anang Prasetyo bertajuk Tak Sengguh Kemanten Anyar, 29 November-4 Desember 2025.-Anang Prasetyo-

Tema pameran Tak Sengguh Kemanten Anyar dimaknai Gus Hafidh sebagai simbol perjalanan menuju babak baru kehidupan.

Ia menilai bahwa setiap manusia, keluarga, bahkan bangsa Indonesia tengah memasuki fase pembaruan untuk meneguhkan martabat dan identitasnya.

Tiga karya utama dalam pameran itu, Kembar Mayang, Anak Peradaban, dan Laku Lampah, disebut sebagai trilogi perjalanan spiritual manusia. Dari kelahiran kesadaran baru hingga menjadi cahaya bagi generasi selanjutnya.

BACA JUGA:Replika Kota Raja Trowulan Rp7,7 M Hadir di Pameran Furnitur dan Kerajinan se-Jawa Timur

BACA JUGA:Kilauan Emas Kuno: Pameran Baru Ungkap Sejarah Panjang Seni Emas Tiongkok


Dalam pameran tunggal Tak Sengguh Kemanten Anyar, Anang Prasetyo melibatkan anak-anak didiknya.-Anang Prasetyo-

Pameran itu juga mendapatkan apresiasi reflektif dari Esti El Faizah, seorang pecinta seni. Dalam tulisannya, ia menegaskan bahwa melukis bukan hanya kegiatan dekoratif. Pun, tak sekadar profesi yang mengejar popularitas semata.

Menurut Esti, karya seni yang sejati lahir dari pergulatan batin sang perupa. “Keindahan di atas kanvas adalah refleksi jiwa. Guratan, warna, dan tema merupakan simbol gerak batin sang pelukis,” tulisnya.

Ia memandang proses berkesenian sebagai perjalanan pencarian hakikat diri. Itu merupakan sebuah jihad batiniah untuk memahami pengalaman hidup. Dan menemukan makna dari setiap episode kehidupan.

Esti juga menyoroti bahwa Anang selalu menjadikan pencarian makna sebagai dasar setiap pameran tunggalnya.

BACA JUGA:BEM ITS Gelar Pameran HAM 'Merajut Ingatan yang Hilang', Kenang Tragedi '65 hingga Kanjuruhan

Sejak pameran pertama hingga kini, tema-tema yang ia pilih mencerminkan perjalanan kontemplatif tersebut: Rupa Wacana (2017), Laku Lampah (2018), Jalan Sunyi (2021) Tak Sengguh Kemanten Anyar (2025).

Menurut Esti, tema keempat itu merupakan kelanjutan dari rangkaian refleksi yang mengakar pada pengalaman personal. Sekaligus nilai universal.

Bagi Gus Hafidh, pameran itu meninggalkan jejak estetika sekaligus jejak kemanusiaan dan spiritual. Ia berharap karya-karya Anang dapat menghidupkan kembali ruang damai batin para penikmatnya. Dan menjadi cahaya bagi siapa pun yang mengunjunginya.

Pameran Tak Sengguh Kemanten Anyar menjadi penanda penting bagi perjalanan berkesenian Anang Prasetyo. Sebagai perupa, sebagai guru, penanam nilai, dan pencari keindahan sejati. Juga: petani jiwa. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: