Bantuan Internasional untuk Bencana Sumatra Jadi Polemik: Aceh Terbuka, Pemerintah Pusat Pilih Mandiri

Bantuan Internasional untuk Bencana Sumatra Jadi Polemik: Aceh Terbuka, Pemerintah Pusat Pilih Mandiri

Gubernur Aceh Muzakir Manaf pada rapat di posko terpadu penanganan bencana alam Aceh di Pangkalan Udara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Jumat (5/12/2025) sore.--instagram

HARIAN DISWAY - Rentetan banjir yang melanda Sumatra sejak akhir November tak luput dari polemik penanganan dan bantuan bencana.

Perbedaan sikap antara Pemerintah Provinsi Aceh dan pemerintah pusat dalam menanggapi penerimaan bantuan internasional kini menjadi sorotan di tengah berlangsungnya proses evakuasi dan pemulihan pascabencana. 

Di satu sisi, Aceh menegaskan siap menerima bantuan luar negeri demi mempercepat penanganan bencana, sementara pemerintah pusat lebih memilih untuk bergantung pada kapasitas dalam negeri.

Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem) menegaskan daerahnya tidak pernah membatasi bantuan dari luar negeri.

Dalam pernyataannya itu, dirinya turut membantah kabar bahwa Pemerintah Aceh menghambat masuknya bantuan internasional untuk para korban terdampak.

“Mereka tolong kita kok kita persulit? Kan bodoh,” ujar Mualem menjawab pertanyaan awak media pada Senin, 8 Desember 2025.

BACA JUGA:Menhan: Penanganan Pasca Banjir Sumatra Mampu Diatasi secara Mandiri

BACA JUGA:Bupati Aceh Selatan Minta Maaf Usai Pergi Umrah saat Bencana Melanda

Pernyataannya tersebut muncul setelah ia mengikuti rapat terbatas bersama beberapa menteri dan gubernur di posko terpadu penanganan bencana di Lanud Sultan Iskandar Muda, Aceh, Minggu malam, 7 Desember 2025.

Mualem menegaskan bahwa pemerintah Aceh sepenuhnya terbuka terhadap bantuan dari lembaga kemanusiaan maupun pemerintah asing, selama bantuan tersebut diperuntukkan langsung bagi masyarakat yang membutuhkan.

Ia mengatakan sejumlah bantuan internasional sudah diterima, termasuk bantuan medis dari Kuala Lumpur.

“Tersalur semuanya dan bahkan tidak cukup,” ujarnya menggambarkan besarnya kebutuhan evakuasi dan layanan kesehatan di daerah terdampak.

Bahkan, sebelum rapat tersebut berlangsung, Mualem telah mendatangkan tim khusus dari China yang membawa perangkat pendeteksi jasad korban yang masih tertimbun tanah.

BACA JUGA:Listrik Menyala, Rumah Sakit MAK Gayo Lues Aceh Sudah Kembali Beroperasi

BACA JUGA:91% Kantor BSI di Aceh Sudah Beroperasi, Medan dan Sumbar Normal 100%

Tim khusus yang beranggotakan 5 orang itu diterjunkan langsung ke Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang, sejumlah lokasi yang hingga kini masih menyisakan korban hilang.

Berbeda dengan Aceh, pemerintah pusat justru mengambil sikap lebih tertutup terhadap dukungan internasional.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengatakan, pemerintah nasional masih mampu menangani seluruh dampak bencana tanpa menyerap bantuan dana asing.

“Kami merasa bahwa pemerintah, semua masih sanggup untuk mengatasi seluruh permasalahan yang kami hadapi,” kata Prasetyo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu, 3 Desember 2025.

Anggaran siap pakai dari APBN, sebut Mensesneg, sebesar Rp500 miliar masih cukup menunjang proses penanganan dampak bencana.

BACA JUGA:Gubernur Aceh Kesal Pada BNPB: Orang Minta Tolong Malah Ditinggal

BACA JUGA:Mencekam! Aceh Tamiang Dipenuhi Mobil-Mobil Berisi Mayat, Pemilik Meninggal Saat Banjir, Gubernur Aceh Marah

Stok pangan dan BBM pun dinilai aman, termasuk jika pemerintah perlu melakukan dropping logistik lewat udara.

Kebijakan tersebut kembali diperkuat oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono.

Menurutnya, meski sejumlah negara telah menawarkan bantuan, pemerintah pusat masih menilai seluruh unsur penanganan pascabencana, mulai dari BNPB, TNI/Polri hingga pemerintah daerah, masih dapat bekerja secara efektif.

Pintu bantuan internasional baru akan dibuka bila eskalasi bencana telah melampaui kapasitas nasional.

Sementara itu, BNPB masih terus merilis secara berkala perkembangan data korban per Selasa, 9 November 2025 pukul 09.00 WIB.

Jumlah korban jiwa terus meningkat. Hingga laporan terakhir, tercatat 962 orang meninggal dunia dan 291 orang masih hilang di 3 provinsi terdampak, sementara lebih dari 5.000 warga mengalami luka-luka.

BACA JUGA:Gandeng Muhammadiyah, BSI Percepat Penyaluran Bantuan untuk Korban Bencana di Aceh

BACA JUGA:Seluruh Instansi Pemerintah Percepat Penyaluran Bantuan ke Desa Terisolasi di Aceh Timur

Rincian korban adalah sebagai berikut. 

  • Aceh mencatat 389 korban meninggal dan 62 orang hilang
  • Sumatera Utara 338 meninggal dan 136 hilang
  • Sumatera Barat melaporkan 235 korban meninggal dan 93 orang hilang

Jumlah warga yang harus mengungsi kini mencapai 1.057.482 jiwa.

Skala kerusakan juga sangat besar, mencakup 157.800 unit rumah dilaporkan rusak, 497 jembatan terputus, 534 fasilitas pendidikan terdampak, serta 199 fasilitas kesehatan tidak lagi berfungsi akibat bencana. (*)

*) Mahasiswa magang Prodi Sastra Inggris dari Universitas Negeri Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: